DECEMBER 9, 2022
Internasional

Waduh, Air Laut Naik, Hampir Separuh Warga Tuvalu yang Terancam Tenggelam Ajukan Pindah ke Australia

image
Pulau Tuvalu di Pasifik (Foto: Youtube)

ORBITINDONESIA.COM - Lebih dari 4.000 orang atau setara dengan 42 persen populasi Tuvalu, sebuah negara kecil di kepulauan Pasifik, mengajukan visa iklim untuk dapat bermigrasi ke Australia karena kenaikan air laut yang mengancam tanah air mereka.

Program visa migrasi iklim yang ditawarkan Canberra membuka pintu bagi 280 warga Tuvalu setiap tahunnya untuk bermigrasi ke Australia di bawah kesepakatan "Falepili Union" antara kedua negara.

Karena rerata ketinggian di pulau-pulau Tuvalu hanya 2 meter dari permukaan laut, krisis iklim berpotensi menenggelamkan negara tersebut dalam hitungan dasawarsa.

Baca Juga: Sekjen PBB Antonio Guterres Ingatkan Negara di Pasifik akan Naiknya Permukaan Air Laut dan Perubahan Iklim

Namun, dengan populasi total hanya sekitar 9.600, Tuvalu akan kehabisan penduduk dalam 35 tahun jika program migrasi itu terus berjalan.

Sejak permohonan visa yang berlaku dengan sistem undian tersebut dibuka pada pertengahan Juni, 1.124 warga Tuvalu telah mendaftarkan diri. Jika ditambah anggota keluarga, jumlah totalnya mencapai 4.052, demikian menurut data pemerintah yang diperoleh Kyodo News.

Setelah undian visa tersebut tutup pada 18 Juli, pemohon yang terpilih dapat mengajukan visa iklim secara resmi.

Baca Juga: Indonesia Ajak Negara Lain Kembangkan Sektor Pariwisata Asia Pasifik di UN Tourism 37th CAP-CSA

Sementara perjanjian tersebut memberi jalur migrasi menghadapi dampak perubahan iklim, pemerintah Tuvalu terus berupaya menjamin masa depan bagi kepulauan mereka melalui reklamasi daratan dan proyek adaptasi untuk menguatkan wilayah pesisir.

Pemerintah Tuvalu berharap supaya langkah-langkah tersebut dapat mencegah migrasi massal warganya ke luar negara.

Sementara itu, pemerintah Tuvalu menegaskan bahwa skema migrasi Falepili tersebut dimaksudkan untuk memfasilitasi pergerakan dua arah, yaitu supaya warga Tuvalu dapat belajar dan memupuk keahlian di Australia untuk kembali ke tanah air mereka.

Baca Juga: China Kecam AS yang Berupaya Ubah Asia-Pasifik Jadi Tong Mesiu

Namun demikian, menurut Jess Marinaccio, eks pejabat departemen luar negeri Tuvalu yang kini menjadi asisten profesor di California State University, tingginya minat warga terhadap program tersebut dapat berujung pada meningkatnya migrasi ke Australia.

"Meski jalur tersebut hanya akan memberi 280 visa setiap tahunnya, minat yang begitu tinggi ini menunjukkan bahwa warga Tuvalu akan terus mengajukan visa setiap tahunnya," kata dia, sembari menambahkan bahwa hal ini dapat mengganggu upaya penyelamatan daratan Tuvalu.

Menurut Tim Perubahan Tinggi Air Laut NASA dari Amerika Serikat, Tuvalu, yang daratannya terdiri dari 9 atol koral, telah menyaksikan kenaikan air laut hingga 15 cm dalam 30 tahun terakhir, 1,5 kali lebih tinggi dari rata-rata dunia.

Baca Juga: Acer Edu Summit Asia Pasifik 2025 Soroti Manfaat AI dalam Pendidikan dan Persiapan Era Digital

NASA memproyeksikan bahwa pada 2050, sebagian besar dari wilayah daratan Tuvalu seluas 26 kilometer persegi, bersama seluruh infrastruktur kritis di atasnya, akan berada di bawah ketinggian rata-rata pasang naik.***

Halaman:

Berita Terkait