PBB: Kekurangan Bahan Bakar dan Penembakan Ancam Pasokan Air di Gaza
- Penulis : Abriyanto
- Kamis, 26 Juni 2025 00:30 WIB

ORBITINDONESIA.COM -- Di tengah laporan berlanjutnya penembakan mematikan terhadap warga Gaza yang mencari bantuan, para pegiat kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa, 24 Juni 2025 memperingatkan bahwa jika blokade bahan bakar di Gaza terus berlanjut, maka akan semakin banyak orang, termasuk anak-anak, yang akan tewas.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/ OCHA) mengatakan, orang-orang masih terus terbunuh atau terluka dalam konflik Gaza, termasuk laporan-laporan mengenai orang-orang yang ditembaki di dekat lokasi-lokasi distribusi bantuan non-PBB yang dimiliterisasi atau di rute-rute yang ditetapkan oleh otoritas Israel bagi PBB untuk mengumpulkan truk-truk pembawa bantuan.
"Otoritas Israel harus mengizinkan pengiriman bahan bakar, dalam jumlah yang cukup, ke dalam dan di seluruh Gaza, termasuk ke utara," kata OCHA. "Jika operasi penyelamatan nyawa ini dihentikan, lebih banyak orang akan mati."
Baca Juga: Dianita Maulin Vasko Baca Puisi untuk Gaza Bersama Penyair dan Tokoh Sumatra Barat
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) pekan lalu melaporkan, "Jika blokade bahan bakar yang sudah berlangsung lebih dari 100 hari di Gaza tidak segera berakhir, maka anak-anak akan mulai mati kehausan."
Bahan bakar sangat penting untuk memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan air kepada lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza.
UNICEF mengatakan bahwa jumlah anak yang dirawat karena malanutrisi akut melonjak hampir 50 persen pada Mei dibandingkan dengan April, seraya menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan air rumah tangga, mengingat sistem yang memproduksinya kolaps.
Baca Juga: Dianita Maulin Vasko, Istri Wagub Sumbar, Teteskan Air Mata untuk Gaza
Dikatakan OCHA, bahan bakar yang tersimpan di Rafah dialokasikan untuk menjalankan layanan-layanan penting di wilayah selatan, sehingga dapat memperpanjang waktu. Namun, kecuali jika lebih banyak bahan bakar diizinkan masuk ke Gaza, sarana-sarana yang dapat menyelamatkan nyawa ini akan segera berhenti beroperasi. Sebuah misi yang sukses untuk mendapatkan bahan bakar dari Rafah telah dilakukan pada Senin, 23 Juni 2025.
Para aktivis kemanusiaan juga menyuarakan keprihatinan terhadap kesehatan mental anak-anak Gaza.
"Para perawat memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza mengalami tekanan psikologis yang meningkat," kata OCHA. "Hal ini disebabkan oleh kondisi yang memburuk, termasuk kekurangan makanan. Pekan lalu di beberapa lokasi pengungsian di Gaza City, Deir al-Balah, dan Khan Younis, PBB dan mitranya memberikan sesi konseling kepada lebih dari 1.000 anak untuk membantu mereka mengelola ketakutan dan emosi sulit lainnya."
Baca Juga: Tujuh Tentara Israel Tewas dalam Ledakan di Kota Khan Younis, Jalur Gaza Selatan
OCHA mengatakan badan dunia tersebut dan para mitranya telah memperlengkapi lebih dari 2.000 perawat dengan layanan dukungan kesehatan mental.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melaporkan keadaan darurat kesehatan mental di Gaza. "Di seberang sana, WHO telah melatih ratusan pekerja kemanusiaan di garis depan dalam pertolongan pertama psikologis untuk membantu orang-orang dan meningkatkan rasa aman di kalangan penduduk."
OCHA mengatakan ada perintah pengungsian lain dari militer Israel.
Kantor tersebut mengatakan perintah pengungsian terbaru dikeluarkan untuk tiga lingkungan di Jabalya, Gaza utara. Sedikitnya 30.000 orang diperkirakan berada di daerah tersebut. Sebagian besar wilayah Gaza masih berada di bawah perintah pengungsian.
"Tanpa adanya pasokan perlengkapan sarana berlindung yang diizinkan masuk ke jalur tersebut dan banyak tempat pengungsian membutuhkan perbaikan mendesak, para mitra di Khan Younis dengan kreatif mendaur ulang palet kayu dari pengiriman bantuan makanan untuk dimanfaatkan dalam perbaikan dan pemeliharaan lokasi-lokasi sementara," kata OCHA. "Sama seperti bahan bakar, material-material untuk tempat pengungsian sudah lebih dari 16 pekan dilarang masuk, pada saat ratusan ribu orang baru saja mengungsi."
Kantor tersebut mengatakan PBB dan para mitranya berusaha mengoordinasikan 14 gerakan kemanusiaan di dalam Gaza. Namun, enam di antaranya ditolak mentah-mentah, termasuk pengangkutan bahan bakar dan air serta pengambilan jenazah dan truk yang rusak. Para sukarelawan kemanusiaan dapat melakukan aktivitas layanan kesehatan dan gizi serta membuang sampah padat.***