Di Era AI, Angkatan Puisi Esai Justru Menguat
- Penulis : Jonminofri
- Sabtu, 21 Juni 2025 11:06 WIB

ORBITINDONESIA.COM. Di tengah gempuran teknologi dan kecerdasan buatan, banyak jenis sastra terpinggirkan. Namun yang mengejutkan, puisi esai justru tumbuh subur. “Puisi esai berkembang menjadi gerakan sastra yang menguat dan potensial berefek lintas zaman.”
Hal ini dikemukakan oleh Ahmad Gaus AF dalam konferensi pers yang mengangkat soal "Lahirnya Angkatan Puisi Esai: Sastra di Era AI & Puisi Esai goes to Germany, yang diselenggarakan di Nomu Kafe, Mahakam, Jakarta Selatan pada Jumat (20 Juni 2025).
Pertumbuhan puisi esai itu ditandai oleh jumlah penerbitan buku puisi esai telah mencapai 200 judul sejak dikenalkan ke publik tahun 2012. Pertumbuhan itu juga ditujukan oleh penyelenggaraan Festival Puisi Esai tingkat internasional sudah empat tahun berturut-turut di Sabah, Malaysia. Sedangkan di Indonesia sudah 3 kali.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Berapa Banyak Lagi Kematian yang Kau Tunggu?
Ahmad Gaus memaparkan, pembaca puisi menyusut dari 11,7% (2017) ke 9,2% (2022). Di Indonesia, data LSI Denny JA (2024) mencatat hanya 16% masyarakat membaca satu buku sastra per tahun.
Orang lebih berminat membaca teks pendek. Narasi teks panjang tergantikan oleh video dan media visual lainnya. TikTok, YouTube Shorts, Instagram, X, tread, dan lainnya. Sebagian di antaranya dibuat dengan AI. Media itu menyajikan cerita sastra menjadi potongan yang cepat, ringan, dan instan.
Namun terjadi sebaliknya di puisi esai, yang terus tumbuh. Setiap tahun sejak 2021, terbit 20–25 buku puisi esai.***