DECEMBER 9, 2022
Kolom

Esai Haji: Burung-Burung yang Thawaf di Langit Makkah

image
Ilustrasi burung-burung di Makkah (Foto: Istimewa)

Dalam Surah Al-An’am ayat 38, disebutkan bahwa semua makhluk di bumi, termasuk burung yang terbang dengan dua sayapnya, adalah umat sebagaimana manusia—mereka pun akan dikumpulkan di hadapan-Nya. Burung, dengan demikian, bukan sekadar fauna; mereka adalah makhluk spiritual, warga langit yang punya hak hidup dan beribadah.

Kebijakan pemerintah Arab Saudi terhadap burung juga menunjukkan satu wajah lain dari kota ini. Di tengah pembangunan megaproyek dan lalu lintas manusia yang nyaris tanpa henti, burung-burung tidak diusik. Mereka dibiarkan tumbuh dan berkembang.

Tidak ada larangan untuk mereka bertengger di pagar masjid, atau bermain di atap hotel. Tidak ada jaring perangkap, tidak ada suara pengusir. Seolah-olah kota ini mengakui bahwa burung pun punya hak tinggal di rumah Tuhan.

Baca Juga: Esai Haji: Menunggu Salat Subuh di Masjidil Haram, Hati Terasa Teduh

Ada sebuah kepercayaan tak tertulis di antara penduduk lokal: membiarkan burung hidup bebas adalah bagian dari menghormati kesucian Mekkah.

Seperti halnya manusia datang dari berbagai bangsa untuk bertemu Tuhan, burung-burung pun datang dari berbagai arah angin, menjemput keberkahan yang tidak bisa ditakar dengan logika ekologi semata. Kehadiran mereka adalah bagian dari sadaqah semesta—makanan manusia yang tercecer menjadi rezeki mereka, dan kicau mereka menjadi lantunan sunyi yang melengkapi gema takbir dan tahlil.

Saya melihat burung-burung itu sebagai jiwa-jiwa yang ringan. Mereka tidak membawa koper, tidak mengantri visa, tidak bertarung dalam sistem kuota. Tapi mereka tiba, tepat waktu, di tempat yang sama di mana jutaan manusia berdoa. Dalam diam, mereka pun ikut memutar thawaf, menari dalam pusaran cinta Ilahi yang tak berujung.

Baca Juga: Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurizal: Syarikah Haji yang Bermasalah Harus Dievaluasi

Barangkali Tuhan mengirim mereka sebagai pengingat: bahwa kemurnian ibadah tidak datang dari ritual semata, tapi dari ketulusan. Seperti burung yang tidak membawa beban, demikian pula jiwa harus melepaskan egonya untuk benar-benar terbang menuju-Nya.

Jika manusia datang ke Mekkah membawa catatan dosa, harapan dan luka, maka burung datang membawa keindahan. Ia hadir untuk menyeimbangkan kesakitan dunia dengan kelembutan sayapnya. Di tanah tandus ini, burung menjadi oase spiritual yang melengkapi padang pasir hati kita.

Maka jangan heran, jika suatu hari saat Anda bersujud di pelataran Ka’bah, sebuah bayangan sayap melintas di atas kepala Anda. Itu bukan sekadar burung. Itu mungkin tanda: bahwa alam semesta pun sedang ikut bersujud.

Baca Juga: Makin Kalap, Serangan Israel Menyasar Pesawat Jemaah Haji Yaman di Bandara Sanaa

Makkah 29 Mei 2029

Halaman:

Berita Terkait