Kabupaten Indramayu Jawa Barat Masih Termiskin, Bupati Lucky Hakim Malah Liburan ke Jepang
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 10 April 2025 04:00 WIB

INDRAMAYU - buat laki laki penggemar hiburan ‘remang remang’ di kawasan Mangga Besar - Jakarta Barat, dikenal sebagai daerah asal perempuan penghibur, produsen 'perempuan malam' sejak dulu kala. Kemiskinan dan “tradisi” yang menganggap kerja menghibur laki laki sama dengan pekerjaan lain, tak menggeser Indramayu sebagi daerah perempuan “gituan”.
Selain banyak mengirim perempuan penghibur, dari salahsatu desanya, yaitu Desa Penyindangan, Kecamatan Pecuk - Indramayu juga dikenal sebagai salahsatu “desa pengemis” di Jawa Barat. Sebagian besar masyarakat di desa ini bekerja sebagai peminta minta di kota-kota besar, hingga rumah mereka di desa terlihat sepi. Mengemis sudah menjadi budaya sejak 1990-an. Mereka memperoleh ratusan ribu perharinya hasil dari mengemis.
Dari statistik, Indramayu merupakan kabupaten termiskin di Jawa Barat. Mengutip angka dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, pada tahun 2023, tingkat kemiskinan di Indramayu berada di angka 12,13 persen — tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota di provinsi Jabar . Dengan luas wilayah sekitar 2.090 Km 2 pada 2024 dihuni 1,95 juta jiwa.
Baca Juga: Kejam, Ustad di Indramayu Dibantai dengan Sadis Pakai Linggis Bekas Kurban, Polisi Tembak Pelaku
Kabupaten ini terdiri dari 31 kecamatan, 317 desa, dan 8 kelurahan. Sektor pertanian di utara Jawa ini pernah disebut sebagai lumbung padi nasional dan memiliki potensi di bidang perikanan serta energi karena keberadaan kilang minyak milik Pertamina di Balongan.
Kabupaten ini juga merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Barat. Ada kuliner khas Nasi Lengko, Pindang Gombyang Manyung, dan Rumbah. Kabupaten ini juga pantai yang indah, seperti Pantai Pataya dan Pulau Biawak.
Mangga Indramayu, siapa yang tak kenal?
Baca Juga: Zulkifli Hasan Borong 1 Ton Mangga Indramayu
Warga Indramayu punya tradisi budaya ‘Mapag Sri’ terkait Nyi Pohaci Sanghyang Sri atau Dewi Sri yang dianggap sebagai Dewi Padi. Dewi Sri dianggap sebagai Dewi Pemberi Kehidupan dan menuntun orang pada berbagai tata cara menghormati arti kehidupan.
Meski kaya sumber daya, Indramayu masih bergulat dengan berbagai permasalahan sosial dan ekonomi. Data BPS Jawa Barat menunjukkan bahwa Indramayu mencatat tingkat kemiskinan tertinggi di provinsi ini .
Beberapa penyebab yang menjadi faktor utama tingginya angka kemiskinan di Indramayu di antaranya; petani dan peladang menggantungkan hidup dari pertanian yang masih menggunakan metode konvensional. Sehingga rentan terhadap perubahan cuaca, gagal panen, dan harga jual yang fluktuatif.
Banyak keluarga kurang mampu tidak memiliki akses pendidikan yang memadai, sehingga memperkecil peluang mereka mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu, wilayah di Indramayu yang kekurangan akses jalan, air bersih, dan listrik. Hal ini mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup warga.