China Sesalkan Keputusan Panama Keluar dari "Belt and Road Initiative" Pasca Kunjungan Menlu AS
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Sabtu, 08 Februari 2025 08:17 WIB

Pernyataan Mulino soal keluarnya Panama dari keseakatan BRI itu hanya berselang empat hari dari kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio pada Minggu, 2 Februari 2025 ke Panama.
Dalam kunjungan itu Rubio mengancam akan mengambil tindakan terhadap Panama kecuali jika negara itu segera melakukan perubahan untuk mengurangi pengaruh China di Terusan Panama.
Hal itu disampaikan menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengambil alih Terusan Panama yang dibangun AS pada awal abad ke-20 dan dikembalikan kepada Panama pada 1977, berdasarkan satu perjanjian.
Atas ancaman Trump tersebut, Mulino lalu memerintahkan audit terhadap Panama Ports Company, anak perusahaan CK Hutchison Holdings yang berkantor pusat di Hong Kong sebagai dua terminal di sekitar kanal itu.
Namun, Panama menolak klaim AS untuk mengamankan jalur bebas bagi kapal-kapal pemerintahnya melalui Terusan Panama.
Trump menuduh Panama mengenakan biaya yang berlebihan untuk menggunakan jalur perdagangannya, termasuk untuk kapal militer AS yang disebut memiliki prioritas untuk melewati jalur perairan tersebut berdasarkan perjanjian netralitas tahun 1977 saat AS mengembalikan terusan tersebut ke Panama.
Baca Juga: Posisi China Tetap Dukung Panama Meski Presiden AS Donald Trump Ingin Ambil Alih Terusan
Namun, semua kapal, terlepas dari asal, tujuan, atau benderanya, harus membayar tol yang bervariasi tergantung pada ukuran dan jenisnya.***