Mau Tahu Ngerinya Donald Trump Sebagai Presiden AS? Begini Ceritanya…
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 23 Januari 2025 00:29 WIB
Porter dan Cohn mengetik sesuatu untuk menunjukkan bahwa mereka melakukan apa yang diminta presiden. Trump mengharapkan tanggapan segera. Mereka tidak akan bisa datang dengan tangan kosong.
Draft itu adalah bagian dari tipu muslihat. Pada pertemuan formal, para penentang keluarnya AS dari KORUS mengemukakan berbagai macam argumen—Amerika Serikat belum pernah menarik diri dari perjanjian perdagangan bebas sebelumnya; ada masalah hukum, masalah geopolitik, masalah keamanan nasional dan intelijen yang vital; surat itu belum siap. Mereka membekap presiden dengan fakta dan logika.
“Baiklah, mari kita teruskan mengerjakan surat itu,” kata Trump. “Saya ingin melihat draft berikutnya.”
Baca Juga: Tottenham Hotspur Resmi Perpanjang Kontrak Penyerang Asal Korea Selatan Son Heung Min
Cohn dan Porter tidak menyiapkan draft berikutnya. Jadi tidak ada yang bisa ditunjukkan kepada presiden. Masalah itu, untuk sementara, menghilang dalam kabut pengambilan keputusan presiden.
Trump sibuk dengan hal-hal lain. Namun, masalah KORUS tidak akan hilang begitu saja.
Cohn berbicara kepada Menteri Pertahanan James Mattis, pensiunan jenderal Marinir yang mungkin merupakan suara paling berpengaruh di antara kabinet dan staf Trump. Jenderal Mattis, seorang veteran tempur, telah bertugas selama 40 tahun di Korps.
"Kita berada di ujung tanduk," kata Cohn kepada Mattis. "Kita mungkin butuh bantuan kali ini."
Mattis mencoba membatasi kunjungannya ke Gedung Putih dan sebisa mungkin fokus pada urusan militer, tetapi menyadari urgensinya, ia datang ke Ruang Oval.
"Tuan Presiden," katanya, "Kim Jong Un merupakan ancaman paling langsung bagi keamanan nasional kita. Kita butuh Korea Selatan sebagai sekutu. Mungkin perdagangan (KORUS) tidak tampak terkait dengan semua ini, tetapi itu penting."
Baca Juga: Kepala Keamanan Presiden Korea Selatan Larang Bentrokan Saat Upaya Penahanan Yoon Suk Yeol
“Aset militer dan intelijen Amerika di Korea Selatan adalah tulang punggung kemampuan kita untuk mempertahankan diri dari Korea Utara. Tolong jangan tinggalkan kesepakatan ini,” ujar Mattis.