Menggunakan AI untuk Menulis Puisi Esai, Peluang dan Tantangannya
- Penulis : M. Imron Fauzi
- Jumat, 20 Desember 2024 06:34 WIB
AI tidak punya emosi ataupun empati. Tetapi Anda sebagai penulis yang memanfaatkan bantuan AI harus memiliki emosi dan empati.
Kemudian, ada faktor kontekstualisasi yang kompleks. Narasi dalam puisi esai dengan nuansa moral atau politik yang kompleks bisa menjadi kurang akurat, jika hanya bergantung pada algoritma AI.
Kemudian ada aspek orisinalitas dan etis dalam penulisan karya fiksi, termasuk puisi esai. Dalam penciptaan narasi puisi esai, AI cenderung mengolah kata dan kalimat dari pola-pola yang sudah ada, yang berada di dunia maya. Hal ini berisiko menghasilkan karya puisi atau puisi esai yang terasa “tidak segar.” Bahkan, dalam bentuk ekstrem, bisa memunculkan tudingan “plagiat.”
Terakhir, AI tidak memiliki visi atau maksud artistik seperti manusia, sehingga kadang-kadang AI hanya menghasilkan struktur teknis tanpa makna yang mendalam. Dalam penulisan puisi esai, struktur puisi esai akan tercipta, namun maknanya mungkin terasa kosong.
Karena pentingnya isu ini, topik “Puisi Esai dan Artificial Intelligence” juga dibahas dalam dialog, yang diadakan di Festival Puisi Esai Jakarta II, 13-14 Desember 2024, di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat. Narasumbernya adalah Amelia Fitriani, Irsyad Mohamad, dan Gunawan Trihantoro, dengan moderator Milastri Muzakkar.
Pengalaman pribadi saya ketika menggunakan AI untuk menulis puisi esai atau karya lain adalah --harus diakui-- AI memang sangat membantu dan memudahkan kerja penulisan. Karena puisi esai adalah karya fiksi bernuansa kritik sosial --yang mendapat inspirasi dari peristiwa nyata atau fakta konkret di lapangan-- AI sangat membantu dalam mencari dan melengkapi data tersebut.
Sebelum ada aplikasi AI yang praktis, dulu secara ekstensif saya menggunakan mesin pencari Google, untuk riset data atau peristiwa yang berkaitan dengan kasus-kasus tertentu. Google cukup bermanfaat, meskipun mencari data dengan Google itu butuh waktu lama. Berkat bantuan aplikasi AI, pencarian data menjadi jauh lebih mudah dan terstruktur.
Maka pelajaran yang saya petik: AI adalah alat yang berguna untuk mendukung penulisan puisi edai, tetapi keterlibatan manusia tetap penting untuk memberikan sentuhan emosional dan intelektual pada puisi esai. Kombinasi AI dan kreativitas manusia dapat menghasilkan karya puisi esai yang lebih kuat.
Depok, Desember 2024
*Satrio Arismunandar adalah Sekjen Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA. ***