DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Psikolog UI Rose Mini Agoes Salim: Mengubah Perilaku Anak Belum Tentu Cocok dengan Hukuman Fisik

image
Ilustrasi - Orang tua dan anak. ANTARA/Pexels/August de Richelieu/am.

ORBITINDONESIA.COM - Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim mengatakan, hukuman fisik belum tentu cocok untuk semua anak dalam upaya mengubah perilakunya.

“Karena yang terjadi banyak sekarang orang tua melakukan hukuman fisik anak tetap tidak berubah, itu artinya hukuman ini tidak membuat anak jera dan mengubah perilakunya, mungkin harus dengan pendekatan lain,” kata psikolog Rose Mini Agoes Salim, yang biasa disapa Romi ini kepada ANTARA, Jumat, 4 Oktober 2024.

Rose Mini Agoes Salim mengatakan, banyak alasan anak melakukan pelanggaran. Biasanya karena tidak mengetahui atau tidak memiliki pemahaman terhadap aturan yang berlaku, ingin mencari perhatian di sekitarnya atau terpaksa melakukan pelanggaran karena situasi tertentu.

Baca Juga: Polisi Jakarta Selatan Periksa Artis Nikita Mirzani Terkait Kasus Aborsi Anaknya pada Selasa Siang Ini

Hukuman fisik seperti memukul tidak bisa dijadikan satu alat untuk bisa membuat perilaku anak berubah. Dalam prosesnya, anak harus mengetahui konsekuensi dari melakukan pelanggaran tersebut dan mengetahui manfaat jika tidak melakukan hal yang melanggar peraturan.

Romi juga mengatakan, mengubah perilaku anak harus dilihat dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebut dengan shaping atau membentuk perilaku.

“Bisa dengan cara macam-macam, jadi memberikan informasi pemahaman dulu, kognitif, afektif, baru psikomotor supaya dalam proses perilaku dia paham kalau ini untuk kebaikan dia, mungkin dia tidak akan melakukan lagi hal-hal yang buruk lagi,” katanya.

Baca Juga: PT PNM Tingkatkan Minat Baca Anak Sejak Dini Lewat Sudut Literasi di Pantai Bansring, Banyuwangi Jawa Timur

Romi menjelaskan, orang tua bisa memberikan pemahaman melalui komunikasi secara kognitif dan melihat dampak emosinya jika dia tidak melakukan pelanggaran. Dari cara ini secara psikomotor anak akan menghentikan perilaku buruk tersebut.

Pemahaman tentang konsekuensi juga perlu diberikan agar anak paham kenapa ia tidak boleh melakukan hal yang melanggar ketentuan.

Menurutnya, hukuman tidak harus selalu diberikan jika anak membuat kesalahan. Namun juga tidak boleh terlalu dimanjakan dengan hadiah sebagai tanda anak menuruti kemauan orang tua karena bisa merusak mentalnya dan selalu mengharapkan imbalan.

Baca Juga: Korpri dan MARAG Datangkan Seniman Badut untuk Hibur Anak-anak Korban Gempa di Garut Jawa Barat

“Hukuman kalau bisa diambil sebagai langkah terakhir, kalau masih bisa diajak bicara, masih bisa memberikan informasi kepada anak kenapa dia melakukan pelanggaran itu, nasihat dengan volume suara masih tidak terlalu tinggi, sehingga anak tidak takut pada orang tua,” katanya.

Anak yang sering diberikan hukuman, kata Romi, bisa menjadikan mereka anak pemberang atau kasar di luar rumah karena melihat apa yang diperlakukan oleh orang tua kepadanya.

Anak juga bisa menjadi tertekan, tidak percaya diri, penuh dengan self esteem yang rendah karena dipermalukan. Sehingga menghukum anak memiliki banyak dampak psikologis dan sebaiknya tidak memukul, melakukan hukuman fisik maupun hukuman verbal.***

Sumber: Antara

Berita Terkait