DECEMBER 9, 2022
Kolom

Yuval Noah Harari dan Mochtar Lubis Tentang Mentalitas Bangsa 

image
Yuval Noah Harari (Foto: Bertelsmann)

Namun di sisi lain, pemuda ini dihadapkan pada kenyataan oligarki yang menguasai akses terhadap pendidikan, peluang kerja, bahkan politik. 

Pemuda ini terjebak dalam lingkaran ketidakadilan, di mana perubahan yang dijanjikan teknologi sulit diwujudkan karena cengkeraman kekuatan oligarki yang membatasi ruang gerak. 

Sebagian dari kaum muda, dan juga kaum intelektual, memilih menyerah, takluk pada kemauan oligarki, dan bahkan bertugas menjadi kekuatan yang mengabsahkan dan merasionalisasikan kepentingan oligarki. Hanya sebagian kecil yang memilih berjalan lurus dan bergerak maju dengan kapasitas tinggi dan daya tahan super kokoh. 

Baca Juga: Denny JA: Mochtar Lubis, Penulis dengan Sikap Politik yang Tegas

Bagi Harari, bila suatu bangsa mau maju hanya satu resepnya: pertajam kemampuan berpikir kritis dan fleksibel, tetap kreatif, serta keberanian untuk terus belajar. Dia menekankan bahwa manusia yang mampu membuka pikiran terhadap perubahan dan tidak takut berhadapan dengan kekuatan lama, adalah mereka yang akan bertahan dan maju.

Dalam konteks ini, kekuatan oligarki yang digambarkan Lubis membutuhkan perlawanan lebih serius, bukan hanya perubahan individu, tetapi juga perlunya perombakan sistem.

Untuk keluar dari belenggu oligarki dan mentalitas feodal yang dikritik Lubis, bangsa Indonesia perlu memperkuat keberanian kolektif. Harari menyarankan bahwa di dunia yang semakin tidak pasti, komunitas global yang terhubung dan terbuka pada kolaborasi adalah kunci menuju kemajuan.

Baca Juga: Bernardo Tavares Ingin Pertahankan Mentalitas Skuad PSM Makassar Hadapi Lanjutan Kompetisi BRI Liga 1

Ini berarti, bangsa Indonesia perlu menolak struktur kekuasaan yang kaku dan hanya menguntungkan segelintir elite penguasa. Bangsa Indonesia harus memusatkan upaya untuk membangun masyarakat yang lebih terbuka, egaliter, dan inovatif.

Seperti pohon yang tumbuh di tengah tanah kering, bangsa ini bisa bertahan dan berkembang jika akarnya—kejujuran, disiplin, dan kemandirian—ditanam lebih dalam. Meski oligarki mungkin menjadi tembok besar, pohon yang berakar kuat bisa menembus bebatuan dan menjulang lebih tinggi.

Dalam transformasi sosial dan digital yang sedang berlangsung, mentalitas bangsa harus berubah, meninggalkan keterkungkungan lama dan menerima angin perubahan yang datang dari dunia teknologi dan pengetahuan baru.

Baca Juga: Albertus Patty: Tentang Putusan Mahkamah Konstitusi

Jika tidak, bangsa ini hanya akan menjadi penonton dan pesakitan di panggung global, di mana perubahan tidak pernah benar-benar menyentuh jiwa bangsa yang seharusnya merdeka.

Halaman:
Sumber: WhatsApp grup Esoterika

Berita Terkait