DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Dokter Shane Tuty Cornish Bolehkan Anak Usia di Atas Dua Tahun Konsumsi Jajanan Pasar Asalkan Tak Tinggi Gula

image
Penjual menyiapkan jajanan khas Korea Selatan di salah satu stand di area festival kuliner di Taman Literasi Marta Christina Tiahahu, Jakarta, Minggu, 23 Juni 2024. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wpa

Hal ini disebabkan kepadatan kalori, rendah serat, tinggi lemak, gula, dan garam. Diet olahan ultra proses yang dikonsumsi secara signifikan lebih banyak sekitar 500 kalori per hari," kata Erwin.

Untuk itu dia menyarankan agar mengonsumsi makanan yang tidak mengalami pengolahan signifikan (real food) seperti umbi, daging, sayur, biji.

Semua ini, sambung Erwin, adalah sumber pangan lokal dan Indonesia tidak kekurangan bahan ini sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat memilih makanan ultra proses (UPF).

Baca Juga: Sedang Liburan di Yogyakarta, Inilah 6 Pusat Belanja Oleh Oleh dari Jajanan hingga Kerajinan

Dia juga mengatakan, setiap hari masyarakat bertemu dengan produk makanan yang mengalami UPF. Makanan ini sudah diubah dari bentuk aslinya, misalnya jus semangka atau nanas, diambil sarinya jadi konsentrat, kemudian juga camilan sayuran.

"Meski sayuran, itu tetap UPF karena di beberapa mengandung pewarna, pemanis, pengemulsi, dan pengawet sehingga menimbulkan ketergantungan dan ketagihan," kata dia.

Erwin berpendapat industri makanan harus menerapkan keamanan pangan.

Baca Juga: Ini Jajanan yang Wajib Kamu Coba Saat Kunjungi Jakarta Fair Kemayoran 2023, Ga Afdol Kalau Tak Beli!

Kemudian, untuk mengurangi konsumsi gula pada anak, dia menyarankan orang tua untuk memperhatikan sarapan anak mereka. Menurut dia, banyak anak yang menyantap menu sarapan yang kurang benar.

"Ada yang menyiapkan sereal, roti dan susu, tetapi sebenarnya itu adalah gula gurih dan gula asin, itu yang kemudian membuat anak mengonsumsi gula dobel," demikian katanya.***

Halaman:
1
2
Sumber: Antara

Berita Terkait