Ahli Gizi Inti Makaryani Menepis Mitos tentang Penderita Diabetes Tidak Boleh Makan Nasi Sepenuhnya
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 23 Juli 2024 03:06 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Ahli Gizi dari Instalasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Inti Makaryani menepis salah satu mitos gizi yang menyatakan bahwa penderita diabetes tidak boleh makan nasi sepenuhnya.
“Tidak disarankan pasien hanya makan buah dan sayur, tapi, nasi tidak. Di dalam nasi itu ada karbohidrat yang tetap diperlukan untuk tubuh, dia ada glukosa yang baik untuk otak dan energi,” kata Inti Makaryani dalam diskusi daring di Jakarta, Senin, 22 Juli 2024.
Inti Makaryani menuturkan, penderita diabetes tidak perlu menghindari nasi selama takaran yang dikonsumsi masih dalam batas wajar dan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
Baca Juga: Dokter Anak Agung Arie Widyastuti: Pasien Diabetes yang Melewatkan Sahur Bisa Berisiko Hipoglikemia
Misalnya, jika seseorang memerlukan 1.700 kilo kalori, maka pada waktu sarapan penderita diabetes dapat mengonsumsi nasi putih sebanyak 100 gram atau setara dengan 3/4 gelas. Apabila tidak menginginkan nasi, ada opsi penukar lain seperti roti putih sebanyak 70 gram atau tiga iris.
“Jadi, penukar itu adalah saat kita mengganti makanan dengan kelompok yang sama. Misal saya mau nasi putih, tapi di sana hanya ada roti, itu bisa diganti dengan roti putih untuk pagi hari atau kalau mau singkong rebus, itu juga bisa, jadi disesuaikan dengan kelompok bahan pangannya,” ujar Inti.
Dalam kesempatan itu, ia turut menepis mitos yang menyatakan bahwa penderita diabetes tidak boleh memakan seafood (boga bahari). Penderita boleh memakannya dengan catatan hanya sesekali saja.
Baca Juga: Dokter Rudy Kurniawan Sarankan Penyandang Diabetes Agar Bawa Alat Cek Gula Darah Saat Mudik
Sebab makanan bahari mengandung protein sekaligus banyak lemak jenuh, sehingga dikhawatirkan akan membuat asupan gizi penderita menjadi tidak seimbang.
“Untuk jumlah yang dikonsumsi itu kembali lagi (pada anjuran dokter yang menangani), berapa banyak yang diperbolehkan untuk dikonsumsi,” ucap Inti.
Di samping takaran yang diperbolehkan, Inti juga mengatakan penderita mesti mempertimbangkan cara pengolahan makanan bahari tersebut, salah satunya mengurangi makanan yang digoreng.
“Jadi, untuk pengolahannya cukup satu makanan saja yang diolah dengan minyak. Misalnya menggunakan minyak zaitun, minyak kelapa atau santan, jadi jumlahnya harus kita hitung dulu berapa banyak yang boleh,” ujar Inti.