Aktivis Turki-AS Ditembak Mati Tentara Israel Saat Protes Permukiman Ilegal Yahudi di Tepi Barat Utara
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 07 September 2024 10:58 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Seorang aktivis berkebangsaan Turki-AS pada Jumat, 6 September 2024 ditembak mati oleh pasukan Israel selama protes melawan permukiman ilegal Yahudi Israel di Kota Beita di Distrik Nablus, Tepi Barat yang diduduki.
Fouad Nafaa, direktur Rafidia Hospital, mengatakan kepada Anadolu bahwa Aysenur Ezgi Eygi, yang memiliki dua kewarganegaraan ganda Turki dan AS, tiba di rumah sakit itu dengan luka tembak di kepala.
Eygi, yang lahir di Kota Antalya, Turki, pada 1998, meninggal karena luka-lukanya meski tim medis telah berupaya mengobatinya, menurut Nafaa.
Baca Juga: Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi Peringatkan Bahaya Ekstrem Operasi Militer Israel di Tepi Barat
Sejumlah saksi mata melaporkan bahwa tentara Israel melepaskan tembakan langsung ke sekelompok warga Palestina yang berpartisipasi dalam demonstrasi yang mengecam permukiman ilegal di Gunung Sbeih, di Beita, selatan Nablus.
Kantor berita resmi Palestina Wafa mengonfirmasi bahwa korban adalah warga AS sekaligus seorang relawan kampanye Fazaa, sebuah inisiatif yang ditujukan untuk mendukung dan melindungi petani Palestina dari pelanggaran yang sedang berlangsung oleh pemukim ilegal dan tentara Israel.
Warga Beita menggelar protes setiap pekan setelah salat Jumat untuk menentang permukiman ilegal Israel, Avitar, yang dibangun di puncak Gunung Sbeih.
Baca Juga: Uni Eropa, Josep Borell: Perang Gaza Bisa Meluas ke Yerusalem, Tepi Barat dan Lebanon
Masyarakat Palestina menuntut pemindahan pemukiman ilegal tersebut, yang mereka anggap sebagai pelanggaran hak atas tanah mereka.
Ketegangan meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki saat Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 40.900 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober tahun lalu.
Sedikitnya 691 orang telah tewas dan lebih dari 5.700 orang luka-luka akibat serangan Israel di Tepi Barat sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan setempat.***