DECEMBER 9, 2022
Internasional

Kedutaan Besar Indonesia di Beijing Jalin Pertemuan dengan Guiqiao Menjelang Peringatan Kemerdekaan

image
Duta Besar Republik Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun bersama perkumpulan guiqiao di Wisma Indonesia, Beijing, China pada Jumat 9 Agustus 2024. (ANTARA)

Ia mengaku senang bisa datang ke keduataan setahun sekali untuk bertemu duta besar dan staf maupun berkumpul dengan guiqiao lainnya.

"Awal mula perkumpulan ini saya tidak tahu, tapi saya diajak orang Bandung juga. Saya senang, kadang kami juga piknik, bisa di Beijing tapi juga ke Hangzhou, Shanghai, sampai Nanjing," tambah Li.

Li pun mengaku sudah pernah beberapa kali mengunjungi Bandung bersama istrinya, setelah kembali ke China.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping dan PM Hongaria Viktor Orban Diskusikan Solusi Krisis Ukraina di Beijing

Tang, perempuan berusia 83 tahun yang tidak bisa berbahasa Indonesia ini juga mengaku senang datang ke kegiatan tersebut karena kebetulan berkenalan dengan Benny, mahasiswa Indonesia program doktoral di Universitas Tsinghua, Beijing.

Tang yang menghabiskan masa kecilnya di Palembang, Sumatra Selatan, bertemu Benny yang juga berasal dari Palembang. Teman Tang, ternyata adalah kawan dari ayah Benny yang pernah sama-sama mengurus satu klenteng di Palembang.

Leluhur Tang dan Benny juga sama-sama berasal dari Anxi, provinsi Fujian.

Baca Juga: Deklarasi Beijing Disebut Akhiri Perpecahan Faksi di Palestina dan Perkuat Persatuan Nasional Lewat PLO

Kalangan guiqiao kembali ke China didorong dengan berdirinya Republik Rakyat China pada 1949 namun juga kebijakan pemerintah Indonesia waktu itu yang ingin mengembalikan etnis Tionghoa.

Ada sekitar 600 ribu orang China di perantauan dari Indonesia, Malaysia, Myanmar dan negara lain di Asia Tenggara yang kembali ke China pada periode 1960-an tanpa memandang kewarganegaraan, usia, waktu kepulangan, dan apakah kepulangan tersebut bersifat sukarela atau terpaksa. ***

Halaman:
1
2

Berita Terkait