M. Riezko Bima Elko Prasetyo: Hari Pustakawan Nasional Bakti Mencerdaskan dan Memajukan Bangsa
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 07 Juli 2024 10:16 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Hari Pustakawan Nasional yang diperingati setiap tanggal 7 Juli di Indonesia adalah sebuah tanda bakti para ahli perpustakaan yang tidak hanya untuk mencerdaskan anak bangsa tetapi juga mampu memanfaatkan kecerdasan itu untuk kemajuan bersama.
Data dari laman Perpustakaan Nasional yang diakses di Jakarta, Minggu, 7 Juli 2024 menjelaskan bahwa mencerdaskan dan menyejahterakan anak bangsa adalah tugas dari perpustakaan sebagaimana bunyi amanah Undang-Undang Dasar 1945 yang esensinya yakni untuk mengurangi masyarakat marjinal.
Untuk itu pula tujuan dari keberadaan Pustakawan. Secara general profesi ini memiliki tiga bidang utama mulai dari pengelolaan perpustakaan (memilih, memperoleh, dan mengolah bahan pustaka sesuai kebutuhan pengguna atau pemustaka seperti pelajar, mahasiswa dan seterusnya).
Kemudian bidang pelayanan perpustakaan (memberi bimbingan, pelatihan hingga promosi perpustakaan) dan pengembangan sistem kepustakawanan (penelitian untuk mengembangkan informasi sehingga tetap relevan).
Bahkan, dewasa ini pustakawan juga didorong untuk menjadikan perpustakaan sebagai wadah mengedukasi masyarakat, hingga melahirkan banyak ide gagasan inovatif dan juga aplikatif. Hal demikian selaras dengan upaya transformasi perpustakaan yang berbasis inklusi sosial saat ini.
Pustakawan Perpustakaan Pabokon Saba di Desa Margamukti, Pangelengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat misalnya. Mereka membekali petani setempat ragam informasi hingga menjadi literat dan mandiri dalam mengatasi masalah pertanian, pengelolaan, dan mengembangkan produk olahan hasil pertanian.
Baca Juga: Perpustakaan Jakarta Timur Putar Film Kartun untuk Naikkan Minat Baca Anak
Kementerian Pertanian dengan bangga memperkenalkan Perpustakaan Pabokon Saba sebagai salah satu percontohan nasional perpustakaan khusus yang berhasil mengaplikasikan program literasi inklusi sosial.
Hal demikian berbanding lurus berdasarkan catatan Perpustakaan Nasional yang melaporkan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dinilai efektif dan memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan nilai efektivitas program 4,09 dari skala 1-5. Total benefit program ini mencapai lebih dari Rp570 miliar pada tahun 2020-2021.
Tetapi dibalik dampak positif tersebut Perpustakaan Nasional juga mengakui Indonesia membutuhkan sangat banyak tenaga pustakawan, pemerataan akses jaringan internet, dan akreditasi perpustakaan untuk memperkuat layanan publik yang andal dalam mendukung peningkatan literasi masyarakat berbasis inklusi sosial.
Perpustakaan Nasional mencatat jumlah pustakawan yang ada saat ini hanya sebanyak 3.895 orang. Sementara setidaknya membutuhkan 439.680 pustakawan untuk disebar ke berbagai jenis perpustakaan di seluruh Indonesia. Dan sebanyak 94 perpustakaan belum terakreditasi.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) menunjukkan ada sebanyak 57.132.721 penduduk se-Indonesia yang belum terjamah internet. Maluku dan Papua menjadi daerah dengan tingkat kontribusi internet paling rendah, 3,79 persen hingga Januari 2024.
Indikator tersebut sangat berimplikasi terhadap Indeks Literasi Indonesia setidaknya di era transformasi saat ini hingga mampu mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024.
Baca Juga: Perpustakaan Nasional Gelar Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional 2024
Hal itu dibuktikan melalui survei Badan Pusat Statistik (BPS), skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat baru mencapai 64,48 poin atau masih dibawah target pemerintah 70 poin.
Oleh karena itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Perpustakaan Nasional E. Aminudin Aziz menilai dibutuhkan kerjasama multi pihak yang intensif dan berkelanjutan untuk menyelesaikan segenap hambatan yang ada hingga dapat meningkatkan kualitas dan pemanfaatan perpustakaan di Indonesia.
Dalam banyak kesempatan Aminudin mengatakan bahwa perhatian terhadap pengembangan profesi pustakawan menjadi hal yang juga sangat dibutuhkan karena beriringan dengan akreditasi perpustakaan.
Pasalnya untuk diketahui gaji dan tunjangan yang rendah sementara persyaratan menjadi pustakawan tergolong rumit dan membutuhkan waktu pendidikan yang lama menjadi salah satu faktor kurangnya minat terhadap profesi pustakawan.
Maka peran dukungan tersebut agaknya menjadi sebuah ikhtisar yang dapat dipedomani bersama dalam rangka memperingati Hari Pustakawan Nasional yang sudah berusia 51 tahun, terhitung sejak 7 Juli 1973.
Oleh: M. Riezko Bima Elko Prasetyo, LKBN Antara.***