Situasi Keamanan di Haiti Terus Memburuk, China Sudah Evakuasi 51 Warganya ke Republik Dominika
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 13 April 2024 04:26 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pemerintah China sudah mengevakuasi 51 orang warganya dari Haiti setelah situasi keamanan di negara itu terus memburuk.
"Dengan upaya bersama, setelah 24 warga negara China dievakuasi dengan aman pada tanggal 22 Maret, 27 warga negara China lainnya berhasil dievakuasi dengan aman ke Republik Dominika kemarin, 11 April 2024," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing pada Jumat, 12 April 2024.
Warga China dan warga asing lain ikut terancam di Haiti. Haiti dilanda kerusuhan dan rentetan kekerasan sejak akhir Februari 2024, yang didalangi oleh geng-geng kriminal bersenjata dengan tindakan membakar istana presiden dan menyerang markas polisi.
Baca Juga: Pemerintah Haiti Perpanjang Status Darurat Hingga April, PM Ariel Henry Dituntut Mundur
Pada 29 Februari 2024, geng-geng bersenjata mulai melakukan penembakan di Port-au-Prince dan bandara internasional di ibu kota Haiti itu ketika PM Ariel Henry berkunjung ke luar negeri.
Kerusuhan itu bahkan menyebabkan Perdana Menteri Haiti Ariel Henry mengundurkan diri.
"Setelah situasi keamanan memburuk di Haiti, Kementerian Luar Negeri bersama dengan lembaga pemerintah terkait dan pemerintah daerah di China menginstruksikan misi kami di luar negeri untuk memantau situasi dengan cermat, mendapatkan informasi terbaru tentang semua warga negara China di Haiti, dan melakukan apa pun yang mereka inginkan," tambah Mao Ning.
Baca Juga: Mao Ning: Hubungan Ekonomi China dengan Rusia Tidak Terkait Perang di Ukraina
Mao Ning menyebut Kementerian Luar Negeri China dapat melindungi keselamatan warganya dan mengatur evakuasi kelompok secara tertib.
"Sejauh ini, seluruh warga negara China yang ingin meninggalkan Haiti telah dievakuasi dengan aman. Selama proses tersebut, kami juga membantu seorang warga negara Filipina untuk mengungsi dengan aman dari Haiti," ungkap Mao Ning.
Pasca mundurnya Ariel Henry, pemerintahan dipegang oleh dewan presidensial transisi yang terdiri dari tujuh anggota untuk mewakili berbagai gerakan Haiti dengan hak untuk memilih dan dua pengamat tanpa hak memilih. Dewan itu menjalankan sejumlah kewenangan presiden untuk sementara dan bertindak berdasarkan suara mayoritas.
Warga sipil juga menghindari baku tembak di ibu kota Port-au-Prince, di mana geng-geng kriminal bersaing untuk menguasai sebagian besar wilayah tersebut. ***