DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Akaha Taufan Aminudin: Dalam Lipatan Perut Yogyakarta

image
Ilustrasi antologi puisi esai Prov Yogyakarta

Individuasi adalah proses sosial yang tak terelakkan, yang menghidupi dan dihidupi oleh roh modernitas.

Kesementaraan ruang dan waktu yang menjadi-jadi, sebuah masyarakat likuid (liquid society) ketika struktur demikian cair, labil dan senantiasa bergerak dinamis, adalah realita hidup kita sekarang.

Lebih jauh Ulrich Beck mewanti-wanti bahwa masyarakat likuid, masyarakat pascamodern ini, berpotensi mencipta risiko-risiko: 1) risiko struktur ketimpangan yang kian menguat, berujud ketimpangan global, nasional, maupun regional;

2) akibat lanjutan, terjadi peningkatan risiko keamanan dan responnya. Fenomena terjadinya radikalisme dan terorisme merupakan contoh;

Baca Juga: Jadwal Liga 1: Duel PSM Makassar vs Persib Bandung Disiarkan Indosiar dan Vidio Senin Malam

3) risiko peningkatan kerusakan lingkungan. Di dalam tiga risiko tersebut, sesungguhnya kita melihat bagaimana risiko-risiko lain bermunculan dan beroperasi, saat konflik dan persoalan sosial menjadi semakin menguat.

Demikian Pengantar F. Bambang Kusumo, M.A. (Dekan Fisip Universitas Atma Jaya Yogyakarta). juga menjelaskan isi dari keseluruhan puisi yang terdapat dalam buku dengan singkat dan padat namun tetap dapat dimengerti pembaca.

Kumpulan puisi pada buku ini, menampilkan pemikiran kritis terhadap modernisasi dan implikasi dari pasar bebas praktek ekonomi kapitalis dengan mengembangkan pemikiran postmodern.

Puisi esai dalam antologi puisi Di Balik Lipatan Waktu (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) karya Ana Ratri Wahyuni berjudul "Kudengar Kota Itu Terpelajar" (Jarik Simbok ) 1 ini mengangkat kisah dan mengulas mengenai kesenjangan sosial.

Baca Juga: Kapal Perang AS Berlayar Melalui Selat Taiwan, Pertama Kali Sejak Ketegangan Pelosi vs China

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Berita Terkait