Satrio Damarjati: Krisis Imperialisme
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 25 Agustus 2022 08:03 WIB
Kemarin, sebuah pesawat tak berawak (drone) milik Amerika Serikat ditembak jatuh di Libya (Afrika) oleh pasukan Libya yang dilatih oleh Rusia karena diduga melakukan aksi mata-mata.
Dan, dalam minggu ini tidak ada satupun media yang memberitakan mengenai INVASI militer Perancis di Yaman (Timur Tengah) dan juga invasi militer Amerika Serikat di Somalia (Afrika). Wajar. Media-media massa besar adalah milik mereka.
Kembali ke Ukraina, Presiden Zelensky menyatakan bahwa selama berlangsungnya operasi militer Rusia korban tewas pihak militer Ukraina mencapai 9.000 jiwa. Menanggapi pernyataan tersebut banyak ahli politik internasional yang tertawa.
Bagi para pengamat politik setiap menanggapi pernyataan Zelensky terkait dengan angka harus selalu dikalikan dengan angka 10.
Artinya, korban tewas yang pasti pihak militer Ukraina sudah lebih 100.000 jiwa. Para pengamat menggunakan data-data lapangan yang selalu di-update oleh pihak Rusia dan Inggris.
Sampai kapan perang di Ukraina berlangsung? Saya tidak tahu. Yang jelas sudah lebih dari 6 bulan. Yang jelas hingga hari ini, hampir sepertiga wilayah Ukraina telah dikuasai oleh Rusia.
Apapun hasil akhirnya, wilayah-wilayah yang dikuasai tidak akan dikembalikan lagi ke Ukraina. Sebagian bisa bergabung dengan Rusia dan sebagian lagi bisa berdiri sendiri menjadi negara-negara yang merdeka.
Baca Juga: PSM Makassar Takluk 5-2 Atas Kuala Lumpur City FC di Final Zona ASEAN AFC Cup 2022
Fakta sejarah berbicara, bahwa ketika negara-negara Eropa Barat (pada umumnya seluruh Eropa) terlibat konflik dengan Rusia selalu berakhir buruk bagi dirinya sendiri. Saat ini, Eropa sedang menjelang musim gugur dan tak lama lagi musim dingin (salju).