Kamus Besar Dialek Banyumas: Pertemuan Jawa, Sunda, Bali
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 27 Desember 2023 12:35 WIB
Sejak itu berkembang bahasa Sunda Kuna dan Jawa Kuna. Sebenarnya, bahasa Sunda Kuna dan Jawa Kuna mempunyai akar yang sama, yaitu bahasa Kun-lun atau Kwen-lun. Pusat peradaban Jawa Kuna berada di Galuh Purba atau Pasirluhur sebagaimana diijelaskan teks "Babad Pasir".
Menurut teks ini, Adipati Kandha Daha yang berkuasa hingga abad "ke-15 Masehi, mempunyai 25 orang menantu. Dari kalangan Sunda (Galuh, Kawali, Losari, Sumedang, Karawang, Kuningan, Imbanegara, Limbangan, Timbanganten, Ukur); dari masyarakat Jawa (Wirasaba, Maruyung, Selamanik, Bocor, Pituruh, Wedi, Ambal, Ayah, Karang Duwur, Daha, Petanahan, Maresi, Bonjok, Bongas, Cukangakar).
Kerajaan Galuh Purba atau Pasirluhur yang pada abad 8-15 Masehi berdampingan dengan Wirasaba. Rupanya, pada abad ke-15 Masehi, bahasa Jawa Kuna mengalami penyederhanaan menjadi bahasa Jawa Pertengahan dan pengaruhnya sampai di daerah perbatasan.
Tak heran jika kosa kata Jawa Kuna atau Sunda Kuna atau Sunda, agak mendekati kosa kata dialek Banyumasan. Atau dengan bahasa lain, bahasa Sunda Kuna atau Sunda telah menyederhanakan kosa kata bahasa Jawa Kuna.
"Penyederhananaan Bahasa Jawa Kuna menjadi Bahasa Jawa Pertengahan, tampaknya setara dengan bahasa Sunda Oleh karena itu, dialek Banyumasan mendekati Jawa Pertengahan dan Sunda sekaligus. Di sisi lain, di Jawa seiring dengan berpindahnya kebudayaan Majapahit ke Pulau Bali, bahasa Jawa Pertengahan, terutana melalui pusat kebudayaan Jawa di Surakarta dikenal bahasa Kawi yang dipakai dalam karya sastra zaman Surakarta Kasunanan awal, " tulis Sugeng.
Dari karya-karta itu, lanjut Sugeng, oleh Winter kemudian diajukan kosa kata Kawi kepada Ranggawarsita sehingga lahir "Kamus Kawi Jawa." Begitu riwayatnya.
Banyaknya toponim (nama tempat) di daerah Banyumas yang berasal dari lema Sunda karena memang toponim-toponim itu muncul akibat adanya banyak komunitas Sunda yang tinggal di perbatasan.
Perbandingan lema dialek Banyumasan dengan lema Sunda menunjukkan kekayaan kosa kata atau lema sebagai warisan bersama dua suku bangsa tersebut.
Ke depan, untuk penyempurnaan kamus ini Sugeng juga akan mengupayakan melakukan perbandingan dengan lema bahasa Bali. Ini agar pengaruh Jawa Kuna dan Jawa Pertengahan yang bertahan dalam bahasa Bali dan yang bertahan dalam bahasa Jawa dialek Banyumasan bisa dideteksi.
SUNGGUH kamus ini karya yang memberikan sumbangan besar pada dunia kebahasaan, khususnya bahasa Jawa dialek Banyumasan. Bukankah bahasa adalah ibu kandung kebudayaan?