DECEMBER 9, 2022
Buku

Kamus Besar Dialek Banyumas: Pertemuan Jawa, Sunda, Bali

image
Kamus Besar Dialek Banyumas (foto: Djadjat Sudradjat)

ORBITINDONESIA.COM - Saya tak bisa hadir waktu kamus besar ini diluncurkan bulan lalu. Belum lihat fisiknya. Hanya dikirim oleh penulisnya foto kitab penting ini: "Kamus Besar Dialek Banyumas-Indonesia".

Kamus setebal 1.594 halaman ini ditulis seorang diri, oleh akademisi yang tekun dan penuh dedikasi, Sugeng Priyadi. Diterbitkan oleh Satria Indra Prasta Publishing Purwokerto.

Sugeng adalah guru besar alias profesor pendidikan sejarah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Ia juga Direktur "Banjoemaash Instituut", institusi di bawah naungan kampus tempat Sugeng mengajar. Sebuah lembaga yang didirikan untuk merawat kebudayaan Banyumas.

Nah, sepulang ibadah haji bersama istri, Prof Sugeng menelepon saya. Ia ingin menghadiahkan kamus besar itu kepada saya. Tapi ia sedang ada problem dengan kesehatan matanya, jadi memilih mengurangi keluar rumah.

Saya pun dengan spontan dan antusias menjawab akan mengambil kamus itu di rumahnya, Arcawinangun, Purwokerto. Tak hanya kamus, saya pun mendapat oleh-oleh lain dari Tanah Suci. Juga kain batik keren, dengan motif yang sama dengan yang ia kenakan. Terima kasih.

MENURUT Sugeng, yang ia lacak dari berbagai sumber, masyarakat Banyumas diduga sudah memakai bahasa Jawa Kuna dalam bentuk lisan dari abad 8 sampai 10 Masehi. Bahasa Jawa Kuna selain dipakai dalam prasasti juga dipakai dalam "kakawin" (sastra , khususnya puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna).

Pada masa Majapahit akhir, berkembang bahasa Jawa Pertengahan yang disebut kidung. Kidung dinilai kalah indah dibandingkan kakawin. Sastra kidung dibawa ke Pulau Bali. Dan yang tersisa di Pulau Jawa hanya bahasa Jawa Pertengahan sebagai bahasa lisan.

Di abad 16, Banyumas, khususnya Wirasaba dan Paguhan, merupakan wilayah terbarat dari Majapahit yang berbatasan dengan Pasirluhur. Pasirluhur yang bernuansa Jawa-Sunda merupakan pintu masuk ke wilayah Sunda. Banyumas adalah daerah awal Mataram Kuno yang bergerak di daerah aliran sunga (DAS) Serayu menuju dataran tinggi Dieng dan Sindoro-Sumbing. Ini tercatat dalam memori daerah nenek moyang dalam teks "Babad Pasir" dan "Babad Banyumas".

Sejarah terpisahnya orang Sunda dan orang Jawa usai peperangan antara Siyung Wanara (Sang Manarah) dan Arya Bangah (Hariang Banga) dengan situs Sungai Pamali atau Cipamali. Nama kunanya Sungai Baribis.

Pada tahun 766, Hariang Banga menjadi raja Galuh Purba yang terkenal dengan sebutan Galuh Keling, Pura Medang, Medang Sekori, atau Pasirluhur di sebelah barat Purwokerto.

Halaman:
1
2
3
Sumber: Facebook Djajat Sudradjat

Berita Terkait