DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Dr HM Amir Uskara: Kebijakan Ekonomi Populis dan Mental Pengemis

image
Temukan lebih lanjut tentang prestasDr H.M. Amir Uskara.

Apa yang dikatakan AHY tak bisa ditepis rejim Jokowi. Di akhir tahun 2023, misalnya, pemerintah menaikkan subsidi (bantuan konversi motor bensin ke motor listrik) dari Rp 7 juta menjadi Rp 10 juta.

Langkah ini ditempuh sebagai jalan mengerek populasi kendaraan listrik yang masih ngadat, kendati banyak pula yang meragukan efektivitasnya.

Sebelumnya, masih di tahun 2023, pemerintah juga merilis subsidi pajak pembelian rumah di bawah Rp 2 miliar yang digadang gadang bisa menggairahkan ekonomi secara lebih luas.

Sebab bisnis perumahan bukan dinikmati para developer properti saja, melainkan ada 28 sektor industri lain penopang bisnis properti yang turut menikmati efek diskon pajak tersebut. Belum lama berselang pula, pembagian 10 kilogram beras gratis kepada sekitar 22 juta kepala keluarga diperpanjang hingga Juni 2024.

Baca Juga: MENEGANGKAN, Video Warga Coba Menolong Pilot tapi Pesawat Super Tucano TNI AU Tiba-tiba Meledak

Di samping itu, masih ada subsidi energi, program Prakerja, pemberian daging dan telur, hingga pembagian set top box dan rice cooker gratis.

Total dana yang dikeluarkan untuk berbagai program itu kurang lebih Rp 500 triliun atau sekitar 17 persen dari total bujet negara tahun ini. Nilai tersebut setara sekitar 2,5 kali dari belanja modal pemerintah (Noe, 2023).

Jumlah subsidi tersebut jelas sangat besar -- di luar kebiasaan Presiden Jokowi yang lebih mementingkan dana untuk pembangunan infrastruktur ketimbang subsidi langsung kepada rakyat.

Program subsidi yang gigantik tahun 2023 ini -- terlepas dari kritik nyinyir sebagai kamuflase kampanye Pemilu dan Pilpres 2024 untuk partai dan capres yang didukung Presiden Jokowi -- jelas akan menggairahkan ekonomi yang lesu pasca pandemi Covid-19.

Baca Juga: Dua Orang Tewas Akibat Pesawat Super Tucano TNI AU Jatuh di Lereng Gunung Bromo

Program bagi-bagi duit -- pinjam istilah Barly Haliem Noe, wartawan harian Kontan -- untuk sementara punya efek menenangkan rakyat dari stres akibat keterpurukan ekonomi. Tapi seberapa lama dampak "obat penenang" tersebut kepada pasien yang menderita gangguan jiwa akut?

Halaman:

Berita Terkait