Ragil Nugroho: Langkah Berani Budiman Sudjatmiko
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 24 Juli 2023 12:50 WIB
Bila kaum nasionalis tidak bersatu, kelompok kanan ini bisa saja berkuasa. Maka harus ada satu front persatuan dikalangan kaum nasionalis untuk membendung kebangkitan kelompok kanan.
Kerjasama dengan “musuh” untuk mengalahkan musuh lain yang lebih gawat merupakan hal biasa dalam politik. Amir Sjarifuddin bekerjasama dengan Belanda untuk melawan Jepang. Ia mendapatkan 25 ribu gulden dari Belanda sebagai dana perjuangan.
Sebagaimana hukum Marx, selalu ada dialektika dalam segala hal. Materi selalu bergerak dan berubah. Sikap politik juga seperti itu. Tidak bisa sikap politik seperti mistar, bila dibengkokkan akan patah. Sikap politik lebih seperti pohon bambu. Ia meliuk mengikuti perubahan arah angin agar tak patah. Dengan kata lain, ia mesti luwes.
Baca Juga: Inspirasi dari Film Oppenheimer (2023): Dilema Moral Seorang Ilmuwan
Budiman dalam hal ini telah berani pasang badan. Selama ini ia dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap Orde Baru. Pertemuannya dengan senopati semasa Orde Baru tentu akan menimbulkan sikap kontra.
Bisa jadi menghancurkan memori banyak orang tentang sosoknya yang pernah diterungku oleh Orde Baru. Bisa pula ia dianggap sebagai pengkhianat. Namun demi persatuan, ia mewakafkan dirinya untuk menerima segala bentuk reaksi dan konsekuensi.
Ia ingin menyampaikan pesan bahwa tidak perlu terus menerus merebus dendam masa lalu. Sebuah rekonsiliasi perlu dilakukan untuk membangun bangsa ini. Dalam hal ini ia mesti dibela dari kesinisan para moralis. Dalam hal ini pula Budiman tujuh langkah lebih maju dibanding Adian Napitupulu.
Apa yang dilakukan Budiman sebetulnya mengikuti langkah Jokowi. Sejak semula Jokowi menggaungkan persatuan. Ia rekrut Prabowo dalam kabinetnya. Langkah seperti ini bahkan tidak disukai partainya sendiri, PDIP.
Baca Juga: Fakta Unik Pembuatan Anime One Piece Gear 5 Monkey D Luffy, Harus Pakai 4 Bahasa
Selama ini PDIP merupakan partai yang paling gemar memeram dendam. Dalam membangun koalisipun, PDIP pilih-pilih teman. PSI yang tegak lurus dengan Jokowi pun disepelekan dan dihambat masuk dalam koalisi.