Ragil Nugroho: Langkah Berani Budiman Sudjatmiko
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 24 Juli 2023 12:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo Subianto mendapatkan banyak komentar. Ada yang senang, ada yang sinis ada pula yang mencaci. Komentar-komentar tersebut hal yang wajar dari setiap peristiwa politik.
Komentar yang sinis rata-rata dari kolega Budiman Sudjatmiko di PRD dulu. Komentarnya masih kuno: masalah moral. Bahwa Budiman dianggap tak bermoral karena berangkulan dengan orang yang dianggap menculik teman-temannya sendiri.
Foto Budiman Sudjatmiko yang membungkuk ketika bersalaman dengan Prabowo dianggap bentuk takluk di hadapan lawan politiknya.
Baca Juga: Gara Gara Perang Dagang AS vs China, Samsung Bisa Senasib dengan Nokia
Mengapa komentar ini kuno? Sejak zaman dahulu sampai sekarang, tidak ada yang bisa menentukan moral siapa yang lebih bersih: kita atau mereka, saya atau lawan saya.
Moral ada dalam ukuran pribadi atau kelompok. Ia tidak bisa dijadikan satu ukuran yang bisa dipakai dalam segala zaman, ruang dan waktu yang berbeda.
Seorang Kumbokarno dalam kisah Ramayana, misalnya, apakah dia bermoral ketika mendukung kakaknya, Dasamuka, yang telah menculik Dewi Sinta? Bagi kubu Rama pasti ia dianggap tak bermoral. Kalau ia bermoral tentu akan memihak Rama.
Tapi bagi kubu Rahwana, Kumbokarno sosok yang menjujung tinggi moral. Ia tak mau mengkhianati negaranya. Kumbokarno dengan gagah berani membela negaranya dari serangan Ramawijaya. Ia seorang nasionalis tulen. Ternyata batas moral dan tak bermoral hanya setipis kulit bawang.
Baca Juga: Adegan Ben Affleck di Aquaman and The Lost Kingdom Sudah dihapus
Menegakkan aturan moral untuk segala situasi seperti menegakkan benang basah. Tidak ada universalitas di sana. Aturan moral adalah produk manusia. Selalu ada konstruksi di sana.