Ragil Nugroho: Langkah Berani Budiman Sudjatmiko
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 24 Juli 2023 12:50 WIB
Dan setiap kontruksi, seperti kata filsuf Jerman, Adorno, tidak akan bisa menangkap setiap realitas secara utuh. Selalu ada yang tumpah ketika mencoba mengkontruksi segala hal ikhwal, termasuk moral.
Membaca langkah Budiman bertemu Prabowo, saya teringat kata-kata almarhum Gus Miek, ulama dari kampung Ploso, Kediri, yang seperti Gus Dur, dipercaya sebagai wali. Ia berujar, “Saat memandang orang lain, pakailah kacamata hakikat, sehingga tidak gampang menuduh salah.”
Bila kita melihatnya dari kacamata syariat/hukum (moral di dalamnya), kita akan gampang menyalahkan pihak lain dan menganggap diri kita paling benar. Bila memakai bahasa Pramoedya, kita harus adil sejak dalam pikiran.
Baca Juga: Jokowi Dikadali, Glen Ario Sudarto Mafia Nikel Ditangkap, Siapa Lagi Berikutnya
Pertemuan Budiman dengan Prabowo secara hakikat merupakan pertemuan dua manusia, seperti kata keduanya, pernah memiliki masa lalu masing-masing. Bahkan di masa lalu, keduanya pernah berbenturan secara tajam. Satu pihak sebagai penentang Orde Baru, pihak lain ada di seberangnya. Semua terjadi dalam konteks politik saat itu.
Keduanya tidak mau terjebak masa lalu. Seperti kata Budiman, jangan sampai kita terus menerus diganduli masa lalu. Memang masa lalu selalu nostalgik, penuh romantisme. Namun, manusia selalu bergerak. Zaman terus bergerak. Situasi berubah. Pun, politik.
Seperti yang dikatakan Budiman, pertemuan tersebut untuk menyatukan kaum nasionalis. Lebih penting lagi, mewujudkan persatuan Indonesia demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keduanya menyebut ada tantangan berat ke depan, dampak perang dan lain sebagainya. Sehingga persatuan diperlukan. Ada juga tantangan di dalam negeri yang tak mereka sebutkan, yaitu bangkitnya kelompok kanan.
Baca Juga: Kalau Beli Buku, yang Perlu Diperhatikan Bukan Penulisnya Tetapi Kata Pendahuluan
Kelompok yang mencoba mendaur ulang politik identitas untuk berkuasa. Kelompok yang berkehendak mematahkan toleransi dan keberagaman.