Ninoy Karundeng: Kasus Terawan, Jokowi Preteli IDI Yang MUI di Bidang Kesehatan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 21 Juli 2023 07:30 WIB
Kekuatan IDI sejatinya ada pada hak membuat aturan dan rekomendasi yang membuat dokter muda, mahasiswa kedokteran, mahasiswa brilian semua tergantung pada IDI. IDI menjadi jantung kehidupan para dokter. Tanpa IDI dokter tidak bisa praktik.
Akibat dari praktik ini Indonesia kekurangan dokter spesialis. Akibatnya, dunia kedokteran di Indonesia tidak mengalami kemajuan.
Bibit dokter cerdas lulusan luar negeri yang hebat pun hilang. Karena jika mereka mau berdarma bakti di Indonesia harus mendapatkan rekomendasi dan penyesuaian serta test kompetensi ala IDI. Seolah kompetensi IDI lebih hebat dari NUS Singapura dan banyak universitas di Jerman, Jepang, AS, China, dan sebagainya. Bahlul benar.
Belum lagi urusan rumah sakit. Rumah sakit juga tergantung dari IDI. Tanpa rekomendasi dokter dari IDI rumah sakit tak bisa beroperasi.
Pun rumah sakit Indonesia nyaris tidak bisa mempekerjakan dokter spesialis dari luar negeri. Ironisnya, IDI menghambat penciptaan para dokter spesialis sekaligus pendidikan kedokterannya.
Belum lagi IDI memimpin para dokter untuk menjadi sales bagi pabrik obat. Peran BPOM pun menjadi tergantung dengan IDI. Seolah IDI yang menentukan seluruh hal terkait obat dan kesehatan. Padahal banyak bolong-bolong lainnya.
Indonesia tengah membangun health and wellness tourism dan bekerja sama dengan Mayo Hospital dan John Hopkins University, tanpa UU Kesehatan yang baru dipastikan program Kemenpar dan Kemenkes tak jalan.
Duit bejibun membuat IDI kalap. Maka tentu para kadrun di IDI tak akan tinggal diam. Mau judicial review juga silakan dan tak bakalan menang.