DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Sepuluh Tahun Kemudian, Skema Besar China dengan Belt and Road Initiative Menghadapi Rintangan

image
Presiden China Xi Jinping - penggagas BRI atau Belt and Road Initiative.

Ketidakpastian seputar ekonomi domestik China dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat membuat investor ragu untuk berkomitmen pada proyek infrastruktur berskala besar.

Misalnya, Grup Evergrande, salah satu pengembang properti terbesar di China, menghadapi kesulitan keuangan yang signifikan selama bertahun-tahun, menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuannya untuk membayar kembali kewajiban utangnya yang sangat besar.

Dampak potensial dari krisis Evergrande dapat mengganggu ekonomi domestik China dan berimplikasi pada investasi luar negerinya, termasuk yang terkait dengan proyek Belt and Road.

Kasus Evergrande juga menyoroti kekhawatiran tentang tata kelola perusahaan dan transparansi di Tiongkok.

BRI sangat bergantung pada kemitraan dan kolaborasi antara perusahaan China dan mitra internasional mereka.

Baca Juga: Diduga Akibat Merokok di Kamar Mandi, Septic Tank Meledak Hancurkan Kosan dan Satu Orang Alami Luka Bakar

Jadi mempertanyakan kredibilitas dan kepercayaan perusahaan China yang terlibat dalam proyek BRI dapat mengarah pada peningkatan pengawasan dan proses uji tuntas yang lebih ketat untuk calon mitra.

Proyek infrastruktur berskala besar juga dapat menghadapi hambatan khusus negara, seperti masalah regulasi, ketidaksepakatan politik, oposisi publik, dan kesulitan mendapatkan pendanaan.

Proyek kereta cepat Indonesia yang akhirnya akan beroperasi tahun ini, tertunda lebih dari empat tahun karena pembiayaan, pembebasan lahan, dan ketidaksepakatan antara pemerintah Indonesia dan konsorsium China yang bertanggung jawab atas konstruksi.

Kemunduran ini dapat mengganggu jadwal proyek, menyebabkan pembengkakan biaya dan bahkan mengakibatkan pembatalan proyek.

Jalan di depan mungkin tidak pasti, tetapi strategi dan pendekatan baru dapat menopang masa depannya.

Halaman:

Berita Terkait