Wina Armada Sukardi: Pemilihan Ketua Iluni
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 16 Agustus 2022 06:54 WIB
UI sebagai universitas top kok mengajarkan agar para pemimpin “membeli tiket” untuk ikut bertarung. Harga tiket itu wajarlah jika kemudian dicari konpensasinya. Ini membuka celah untuk pimpinan mengambil tindakan tercela.
Tak heran dari empat kandidat yang ikut memperebutkan ketua Iluni, tiga diantaranya pengusaha yang kebetulan koceknya gemuk. Sedangkan yang seorang walaupun bukan pengusaha tetapi juga memiliki pundi-pundi cukup besar.
Baca Juga: Piala Dunia U20 2023: Stadion Gelora Bung Tomo Tak Layak, PSSI Beri Tanggapan Ini
Jadi Sobat yang kantongnya pas-pasan, apalagi yang tipis, jangan berharap dapat menjadi ketua Iluni. Betapapun Anda hebat, memiliki leadership kuat dan banyak pengikut dan pendukungnya.
Ini sistem pemilihan super kapitalis: hanya orang kaya yang dapat jadi pemimpin. Si miskin silahkan bermimpi saja…
E-vote
Itu yang pertama. Selanjutnya soal pemilihan langsung melalui e-vote. Kebetulan sejarah mencatat, saya salah satu dari mereka yang meletakkan dasar-dasar pemilihan langsung e-vote. One man one vote.
Sebelumnya pemilihan ketua iluni baik tingkat fakultas maupun tingkat universitas, masih memakai cara “tradisional.” Para pemilih diminta datang ke tampat pemilihan dan melakukan pemilihan di Tempat Bilik Suara.
Baca Juga: Hasil Liga 1: RANS Nusantara FC Takluk Atas PSM Makassar, Gol Telat Everton Jadi Penentu
Langsung di bilik-bilik yang disediakan panitia di lokasi. Jangan bayangkan biliknya ada di mana-mana seperti Pemilu. Bilik hanya ada di Munas di kampus.
Sistem seperti ini tidak efektif dan tidak efisien. Para pemilih harus datang sendiri ke Tempat Pemugutan Suara (TPS) yang cuma satu. Padahal sebagian pemilih tidak berada ada di tempat dan tidak dapat datang ke TPS.