DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

In Memoriam Sarwono Kusumaatmadja dan Aktivis Koridor Tengah

image
Sarwono Kusumaatmadja.

Sarwono diminta menanggapi pandangan saya. Secara arif Sarwono merespon, sebagai anak muda, Denny memang harus menyuarakan gagasan zamannya.

Tapi tentu saya pribadi memilih peran yang berbeda. Saya berada di lingkar kekuasaan. Saya tidak bergerak berdasarkan apa yang ideal, tapi apa yang bisa dikerjakan menuju perbaikan setahap-setahap.

Selesai diskusi, Sarwono mengajak saya bicara di ruangan terpisah. Terasa sebagai senior, ia memberi semangat kepada saya untuk terus menyuarakan gagasan modern. “Anda kan anak kandung zaman ini.”

Sarwono bercerita aneka keterbatasan di dalam pemerintahan sekarang. “Tapi,” ujarnya, “kalangan kekuasan tahu kok. Saya termasuk yang paling progresif menganjurkan banyak perubahan, walau tak bisa terlalu frontal dengan pikiran Pak Harto.

-000-

Kemudian hari, Sarwono mengembangkan pilihan politiknya sebagai “Koridor Ruang Tengah.”

Ujar Sarwono, ia hidup di era dua  ekstrem yang tak boleh disentuh. Ekstrem pertama: jangan pernah bicara mengubah Pancasila, UUD 45, dan NKRI.  Ekstrem kedua: jangan pernah bicara suksesi presiden untuk menggantikan Pak Harto.

Di antara dua ekstrem itu tersedia koridor tengah. Di area itulah, Sarwono memilih bermain.

Koridor tengah juga dapat diartikan dengan cara lain. Di satu sisi: oposisi yang frontal terhadap Pak Harto. Di sisi lain, menjadi lingkaran Cendana, paling inti dari Pak Harto.

Sarwono pun memilih koridor di tengah. Ia tidak memilih beroposisi dengan Pak Harto. Sisi lain, ia juga menghindar menjadi lingkaran dalam Cendana.

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait