In Memoriam Sarwono Kusumaatmadja dan Aktivis Koridor Tengah
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 27 Mei 2023 11:40 WIB
Tak hanya mendirikan kelompok studi mahasiswa, saya pun menuliskan konteks politik kelahirannya dalam kolom yang dimuat Kompas, sebelum Kompas meliput kelompok studi mahasiswa.
Sejak itu, saya sering menjadi pembicara asongan. Saya diundang menjadi pembicara di banyak tempat mewakili pandangan mahasiswa dan kaum muda.
Ini kegiatan yang sangat saya sukai. Salah satunya karena selalu menerima honor. Dana yang saya dapat sebagai pembicara sangat membantu saya membiayai uang kuliah saya sendiri.
Menyambut Sumpah Pemuda, sebuah radio swasta mengundang saya menjadi pembicara. Yang juga diundang sebagai pembicara adalah Sarwono Kusumaatmadja.
Kami diminta bicara mengenai peran kaum muda dalam situasi politik masa kini. Saat itulah saya semakin mengenal sikap politik Sarwono, yang ia ambil secara sadar dan penuh perhitungan.
Sebagai aktivis mahasiswa, yang saat itu sudah terobsesi dengan gagasan demokrasi dan hak asasi, saya bicara di tataran tahap ideal.
Saya ceritakan pentingnya kaum muda selalu memberi gagasan baru untuk zamannya. Di era kolonial, kaum muda memopulerkan gagasan baru Indonesia merdeka.
Kini di era Orde Baru, kaum muda perlu pula terus-menerus memopulerkan gagasan baru Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Cepat atau lambat, Indonesia harus memilih jalan demokrasi agar masuk menuju peradaban modern.
Sebagai aktivis mahasiswa, yang juga masih lugu dalam politik, saya bicara ringan saja. Termasuk soal isu yang sensitif waktu itu.
Saya nyatakan pentingnya supremasi sipil sewaktu yang berkuasa justru “Dwi Fungsi ABRI”. Juga tentang pentingnya pemilu yang dapat mengganti kekuasaan. Padahal kala itu sangat tabu dan sensitif bicara suksesi presiden.