Anton DH Nugrahanto: Membaca Serangan PSI ke PDIP
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 07 Mei 2023 18:05 WIB
Kasus kedua, ketika PSI menggunting dalam lipatan terhadap koalisi besar pendukung Jokowi dalam Pilpres 2019. Sebagai Partai Baru Ketum PSI saat itu Grace Natalie berpidato lantang di KPU (19 Feb 2019) melawan partai-partai mapan.
Serangan Grace begitu mudah dipatahkan oleh Osman Sapta Odang dengan mengatakan “Jangan ajari itik berenang”. Setelah itu dalam setiap kesempatan PSI selalu menjadi duri dalam daging dalam koalisi Jokowi.
Kadang PSI menyerang Golkar atas kasus korupsi, dan pada giliran lain, mereka melakukan serangan membabi buta ke Megawati dan PDIP. Di situ PDIP tetap bersikap bijak tanpa melakukan serangan balik karena menjaga soliditas pendukung Jokowi.
Baca Juga: ANALISIS: Posisi Rawan Misi PBB di Afganistan, Maju Kena Mundur Kena di Bawah Rezim Taliban
Namun ketika dalam kampange terakhir di GBK, PSI menyalib di tikungan dengan memenuhi setiap pinggir jalan di kompleks GBK dengan pajangan Baliho Grace dan PSI, semua Partai yang bekerja keras untuk kemenangan Jokowi pun meradang melihat permainan “menyalip di tikungan ala PSI”.
Terkuaklah dari mana PSI mendapat sponsor konglomerat yang konon jumlahnya di atas Rp. 2 Trilyun. Dana kampanye super jumbo ini tidak pernah diungkap oleh Ade Armando.
Kasus ketiga adalah ketika PSI mencoba memainkan king maker dengan merebut Ganjar Pranowo sebagai Capres yang dicalonkan PSI. Untung di sini Ganjar melihat fungsi partai yang sesungguhnya sehingga Ganjar menyatakan merasa ‘tidak kenal’ dengan PSI.
Lalu PDIP dengan langkah cerdik mengunci Ganjar agar segaris dengan PDIP dan di sinilah PSI uring-uringan menyalahkan PDIP. Hal ini nampak ketika Ganjar menolak Israel, orang PSI bernama Ade Armando menyatakan bahwa Ganjar mengikuti perintah Megawati karena klenik.
Baca Juga: Sarapan Pagi di Jember, Ganjar Pranowo Kaget dengan Kenikmatan Nasi Pecel: Ini Beda, Wenak Pol!
Di sini terlihat sekali keterasingan Ade Armando terhadap ideologi Bung Karno, terutama soal geopolitik. Apa yang dilakukan Ganjar dan Koster adalah soal pemahaman prinsip geopolitik Sukarno yang dipahami kader-kader PDIP.