Anton DH Nugrahanto: Membaca Serangan PSI ke PDIP
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 07 Mei 2023 18:05 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dalam suasana politik liberal saat ini, berdirinya banyak partai tidak didasari pada pertimbangan ideologis, apalagi penguatan infrastruktur Partai. Bahkan ada partai baru yang ingin cepat besar tanpa melalui proses yang matang. Hal inilah yang berlaku pada PSI (Partai Solidaritas Indonesia).
PSI adalah sebuah partai yang didirikan, namanya meniru PSI (Partai Sosialis Indonesia) ala Sjahririan, tapi tidak didasari pada ideologi sosialis Sjahrir.
PSI lebih menampilkan kemampuan bermanuver ala partai pragmatis, yang mendasarkan pada entertainment gerakan muda yang tiba-tiba masuk politik dan dengan kekuatan yang baru itu mencoba menjadi “king maker” atas percaturan politik negeri ini.
Cara yang paling mudah bagi PSI adalah mengganggu PDIP, mencoba membaca kelemahan PDIP, tapi kerap kali salah langkah dan salah kira. Dengan mengganggu PDIP, PSI mengira bisa menjadi king maker alternatif dari kekuatan nasionalis.
Percobaan pertama ingin menjadi King Maker adalah saat peristiwa Ahok. Saat itu PSI mengipas-ngipasi Ahok untuk bergerak tanpa dukungan Partai. Ahok dibiarkan sendiri dengan dibantu kelompok relawan.
Saat itu ditubuh PSI selalu menghidupkan api kebencian pada Megawati, ini bisa terbaca dari catatan twitter Tsamara Amany yang kemudian hari hal itu disesali oleh Tsamara setelah keluar dari PSI.
Tapi akhirnya Ahok cepat sadar, tidak mudah terjebak pada bujuk rayu PSI yang mendorong jalan independen. Pro kontra pun terjadi dan ketika Ahok bergabung ke PDIP sangat terlambat akibat api yang dikipas oleh kader-kader PSI.
Baca Juga: PDIP Klaten Targetkan 80 Persen Suara untuk Ganjar Pranowo di Pilpres 2024
Andai saja sejak awal Ahok mau masuk PDIP tentunya SBY, JK dan kelompok-kelompok radikal berhitung kalkulasinya dalam mempermainkan emosi agama dalam menghadapi Ahok.