Indonesia adalah Negara Doa
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 20 April 2023 17:14 WIB
Ketika ustadz memimpin doa, pemilik gerai dan semua anggota manajemen khusuk menundukkan kepada sambil melihat ke bawah dan seseklai mengucapkan “amin” di tengah doa yang bisa makan waktu 15 menit sendiri.
Di pemakanan juga begitu. Ada orang yang mengenakan busana berbeda dari orang lain Dia menggunakan sarung, berbaju koko, dan bersandal. Jika ada keluarga datang ziarah ke makam, maka dia mendekat untuk menawarkan doa untuk kerabat yang sudah ditanam di makam tersebut.
Dia komat-kamit dengan bahasa arab yang cepat, dan tanpa salah. Mereka mendoakan keluarga yang telah lama wafat, atau baru saja wafat. Dia sendiri tidak kenal dengan orang yang didoakannya. Tentu saja doa seperti ini ada biayanya. Bayarannya tidak seikhlasnya. Sebab, jika dianggap jumlah yang diterimanya kecil, pendoa akan meminta lagi pada tamu tersebut.
Senam emak-emak di RT 11 juga begitu. Mereka sudah siap dengan pakaian olah raga sar’i, sebelum menggoyangkan tubuhnya berolahraga, salah seorang dari mereka melantunkan doa melalui speaker sehingga semua tetangga mendengar bunyi doa yang dimohonkan.
Speaker pengiring senam, lumayan keras suaranya. Sehingga sebenarnya malaikat tidak perlu mendekat untuk mendengarkan sebagai bahan pertimbangan apakah doa bersama itu dikabulkan atau ditolak?
Di kelompok kecil, seorang anak tetangga ulang tahun. Masih TK. Lalu orang tua si anak mengundang teman-teman TK-nya datang. Sebelum nyanyi-nyanyi ustazah dari anak yang ulang tahun, melantunkan doa dulu. Isinya, antara lain semoga si anak yang ultah sehat dan panjang umur. Lalu teman-temannya mengaminkan doa tersebut dengan bareng-bareng mengucapkan “Amin, ya, rabbal alamin”.
Mungkin rumusan sederhana tentang doa adalah apabila seseorang sedang berbicara dengan Tuhannya. Itu kita sebut berdoa. Berbicara dengan khusyuk dalam hening dengan Tuhan. Tidak melalui speaker toa milik masjid.
Sedangkan instruktur senam dengan pakaian seksi menyebut-nyebut nama Tuhan melalui speaker besar: “Sehatkanlah badan kami, ya, Allah”. Ini sebenarnya terdengar seperti harapan. Atau doa dan harapan memang sering bercampur, susah dibedakan.
Mereka semua membayangkan malaikat pengabul doa berada di depan komputer khusus. Ada keyboard dengan banyak tombol yang berisi nama orang yang berdoa. Jika doa dikabulkan, malaikat memencet tombol hijau. Jika doa ditolak, malaikat memencet tombol merah.
Jangan-jangan negara kita telat majunya karena malaikat lebih banyak memencet tombol merah. Warganya lebih banyak berdoa, tapi lupa bekerja dengan baik, benar, dan jujur. ***