Indonesia adalah Negara Doa
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 20 April 2023 17:14 WIB
Teman saya bilang, dia menjadi kehilangan “speed” mendengar lafal doa diucapkan di tengah kereta cepat sedang berjalan kecang.
Itu semua adalah doa untuk pribadi. Berdoa mulai dari bangun tidur, sampai dengan doa menjelang tidur, termasuk doa meniduri istri. Dan diucakan dalam bahasa arab.
Selain doa yang sudah ada formatnya dalam bahasa arab, ada lagi doa dalam bahasa Indonesia. Doa yang didaraskan pada situasi tertentu. Atau doa mendadak. Misalnya, “Ya, Allah hentikanlah hujan ini saya sudah telat nih.”
Atau doa ketika mengisi ujian, kita bikin saja teksnya, “Ya, Allah, luluskan hambamu ini, kalau tidak lulus pernikahan hamba bisa telat.”
Atau doa model seorang artis ketika Pilpres kemarin, kira-kira begini yang diucapkan: “ya, Allah menangkanlah calon presiden saya, jika tidak menang nanti siapa lagi yang akan menyembahMu.” Ini doa mengandung ancaman kepada Tuhan.
Ketika menonton sepak bola, Kang Haji sebelah berdoa untuk Persip Bandung: agar Persib menang atas Persija. Sebaliknya di tetangganya ada Babe Haji yang kenceng banget berdoa untuk Persija. Dia seolah-olah membuat tuhan bingung, doa haji mana yang kudu dikabulkan. Doa Kang Haji, atau doa Babe Haji?
Di luar doa pribadi ada lagi doa dalam kelompok, komunitas, atau negara. Kita mulai dari acara resmi yang digelar oleh negara. Misalnya, upacara kemerdekaan RI, lihat rundown acara tersebut, ada mata acara: berdoa. Berdoa resmi masuk mata acara. Ada protokolernya sendiri.
Saya tidak tahu, apakah malaikat sekarang berbagi tugas untuk menjawab atau mengabulkan doa pada ucapara negara ini.
Upacara tingkat provinsi sampai dengan satuan terkecil: di tingkat RT ada ustaz yang melantunkan doa ketika acara resmi atau tidak resmi di sebuah RT berlangsung. Doa biasanya dilafalkan di awal acara.
Perusahaan ayam goreng fried chicken ketika membuka cabang baru, dia mengundang ustadz yang tinggal dekat outletnya, khusus untuk berdoa.