Renungan: Mengapa di Negara yang tak Menganggap Agama Penting, Justru Mampu Membuat Warganya Paling Bahagia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 16 April 2023 10:05 WIB
Kehangatan cinta, indahnya kekudusan alam adalah sesuatu yang eksistensial yang juga perlu untuk dihayati batin homo sapiens. Karena itu, harta yang terpendam dalam samudra agama tetap berharga untuk terus digali.
Tapi apa itu harta paling mahal yang terpendam dalam samudra agama? Apa itu esensi agama?
Kita pun merujuk kepada sejarah kelahiran agama. Di masa awal kelahiran agama, ia berfungsi menjadi revolusi akhlak bagi masyarakatnya. Itulah esensi agama: melahirkan akhlak kebajikan di hati manusia.
Ajaran kasih dan cinta dalam khotbah di atas bukit Jesus Kristus (Nabi Isa di Islam) dalam agama Kristen itu sebuah revolusi moral di zamannya.
Di era ketika berlaku hukum Nabi Musa: “mata dibalas mata, mati dibalas mati, Yesus mengajarkan yang sangat berbeda: “maafkan mereka yang melukaimu. Cintai musuhmu. Sayangi tetanggamu.
Hal yang sama terjadi pada Nabi Muhammad. Begitu banyak ayat dan hadis yang menyatakan. Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Teman- teman dari Forum Esoterika kembali berkumpul di sini. Bersama kita merayakan hari besar agama secara lintas agama. Sebelumnya kita merayakan imlek agama Konghucu, dan Nawruz agama Bahai. Kini kita bersama merayakan Hari Paskah umat Kristen dan Bulan Puasa Ramadhan umat Islam.
Kita menggemakan kembali apa yang ditulis dalam kitab Veda, 3500 tahun lalu.
“Kebenaran adalah satu. Para nabi dan guru suci datang silih berganti, menyebut kebenaran itu dengan nama yang berbeda.
Kita bangkitan kembali compassion dan kekuatan cinta yang ada pada setiap agama.