Beragama Tanpa Ulama, Pendeta, dan Bhikkhu; Mungkinkah?
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 22 Maret 2023 07:33 WIB
Hari ini bersama kita merayakan Hari Raya Nawruz, tahun baru yang dirayakan penganut Bahai.
Selaku agama yang sangat baru, usianya belum 200 tahun, agama Bahai menyebarluaskan banyak gagasan yang bahkan sangat dan sangatlah maju bagi telinga abad 21 sekalipun.
Dalam beberapa isu, agama Bahai memiliki ajaran yang kontras misalnya dengan agama Islam. Tapi bukankah memang setiap agama tak harus sama?
Hari ini, kembali komunitas Esoterika kumpul di sini. Kita tradisikan itu: merayakan hari agama apapun dan juga hari hak asasi manusia, hari emansipasi wanita, secara bersama, lintas agama.
Ini kita lakukan karena di negeri Pancasila ini, kita mengapresiasi semua agama dan kepercayaan sebagai kekayaan kultural milik kita bersama.
Walau berbeda, kita meyakini. Bahwa kita bisa disatukan oleh esensi yang sama dari setiap agama yaitu seruan kepada kebajikan, keadilan, dan compassion.
Zaman terus berubah. Berubah pula cara kita memahami hidup. Berubah pula cara kita beragama. ***
Maret 2023
1. Penjelasan tentang agama Bahai dan mengapa terjadi persekusi di Iran:
Affolter, Friedrich W. (2005). "The Specter of Ideological Genocide: The Bahá?ís of Iran" (PDF). War Crimes, Genocide and Crimes Against Humanity. 1 (1): 75–114. Archived from the original (PDF) on 2007-11-27. Retrieved 2010-01-23.