DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Beragama Tanpa Ulama, Pendeta, dan Bhikkhu; Mungkinkah?

image
Beragama Tanpa Peran Ulama, Pendeta, dan Bhikkhu. Mungkinkah?

Mesin cetak bukan saja sudah bisa menyebarkan jutaan buku. Sudah ada pula internet, yang menyimpan aneka informasi, lebih besar dari perpustakaan manapun dalam sejarah.

Sebanyak 65 persen penduduk dunia kini mengakses internet. Mudah sekali setiap individu membanding- bandingkan aneka informasi, mulai dari tafsir kitab suci hingga penemuan arkeologi yang menafsir ulang kisah sejarah dalam kitab suci.

Mudah sekali bagi siapapun untuk membanding- bandingkan tafsir agama yang beragam, dari yang paling kiri hingga paling kanan.

Di era seperti ini, memang sudah cukup matang bagi individu untuk mencari jalan kebenaran secara mandiri.

Individu tak lagi memerlukan otoritas spirtual, yang seolah menjadi juru bicara Nabi atau Tuhan.

Di titik inilah, peran ulama, pendeta, dan bhikkhu memudar. Agama berevolusi ke tahap zaman yang lebih mengagungkan kedaulatan individu untuk urusan spiritual sekalipun.

Yang dibutuhkan setiap individu di era ini hanyalah kawan untuk diskusi, bertukar pengalaman dan pemahaman.

Apalagi ini era di mana setiap individu dilindungi hak asasinya. Ia bisa memilah sendiri dan memilih dari 4300 agama yang ada, dari puluhan tafsir yang ada, yang mana yang ia anggap sesuai dengan gaya hidup dan selera berpikirnya.

Dua individu dalam agama yang sama juga tak perlu berujung pada pemahaman agama yang sama. Riwayat hidup dan cetak batin setiap individu juga tak sama.

Mereka pun menghadapi kondisi sosial yang tak sama. Mengapa pula mereka harus memiliki tafsir agama yang sama?

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait