Dr HM Amir Uskara: Indosurya dan Kejahatan Keuangan Terbesar di Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 02 Februari 2023 09:46 WIB
Baca Juga: Mantan Pelatih Timnas Indonesia, Benny Dollo Meninggal Dunia
“Motifnya ingin cepat mendapatkan keuntungan yang besar dan instan, tanpa melihat atau menelusuri adanya penipuan atau jebakan dalam investasi tersebut. Dengan kata lain, sifat greedy (serakah) dan juga malas dalam mengkonfirmasi terkait legalitas dari lembaga penyelenggaranya,” kata Etika.
“Ingat prinsip high risk high return. Seperti pada kasus KSP Indosurya yang menawarkan imbal hasil melebihi 20 persen setahun. Imbal hasil ini sangat tidak masuk akal. Kasus gagal bayar KSP Indosurya juga menghancurkan citra koperasi di Indonesia,” ujarnya.
Semua itu terjadi, ujar Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah, akibat rendahnya literasi keuangan di masyarakat.
“Kalau masyarakat tidak peduli, tidak belajar, dan tidak mau meninggalkan sikap serakah akan susah, akan terus ada kasus investasi bodong,” kata Piter.
Baca Juga: Kota Palembang Raih Nilai Tertinggi Pelayanan Publik 2022 di Sumatra Selatan dari Ombudsman
Lebih jauh, menurut Piter, ada tiga ciri investasi bodong. Pertama, adalah menjanjikan keuntungan yang tidak masuk akal.
“Keuntungan 30-50%, bahkan berlipat-lipat, dalam waktu singkat. Itu sudah pasti bodong, dan dicurigai,” kata Piter.
Kedua, tidak adanya kejelasan informasi mengenai bisnis investasi perusahaan tersebut. “Kalau investasi itu harus jelas, menanam padi, buka tambak lele, itu kan jelas. Kalau bisnis tidak jelas bisnis apa, investasi apa, produk apa, sektor apa, pasar dimana, itu perlu dicurigai.”
Ketiga, “Harus dicurigai jika tidak jelas siapa pengelolanya, perusahaan siapa, izin bagaimana, di balik perusahan tokoh siapa. Kalau tidak jelas perlu dicurigai, harus dipastikan. Tiga hal ini saja sudah cukup untuk kita dari awal mengantisipasi untuk berhati-hati,” kata Piter.