Dr HM Amir Uskara: Indosurya dan Kejahatan Keuangan Terbesar di Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 02 Februari 2023 09:46 WIB
“Banyak anak-anak korban yang sulit meneruskan pendidikan. Banyak yang sulit menyambung hidup hari demi hari. Bahkan, ada yang sudah sakit-sakitan memohon dikembalikan sebagian uangnya untuk biaya pengobatan. Sampai pada akhirnya banyak yang meninggal dunia karena terhambat pengobatannya,” lanjut Ricky.
Literasi Keuangan
Kenapa kasus Indosurya terjadi? Bukankah kasus semacam itu sering muncul di tengah masyarakat? Salah satu jawabannya: masyarakat Indonesia belum melek literasi keuangan.
Misalnya, bagaimana seharusnya berinvestasi, masuk bursa saham, dan menaruh uang di KSP. Semua itu perlu melek literasi keuangan.
Lembaga-lembaga keuangan, baik milik negara maupun swasta, seharusnya transparan dan mengedukasi investor serta nasabahnya, agar paham terhadap seluk beluk pengelolaan keuangan. Sehingga masyarakat tidak mudah tertipu janji-janji manis para “penipu” semacam KSP Indosurya.
Baca Juga: Berkunjung ke Medan, Ridwan Kamil Puji Habis Bobby Nasution: Momentum Langka Punya Wali Kota Muda
Kita masih ingat, sebelum kasus Indosurya, masyarakat juga tertipu dengan investasi ilegal yang mengatasnamakan trading kripto dan valas menggunakan opsi biner (binary option). Pelaku penipuannya, Indra Kenz dan Doni Salmanan telah dipenjara.
Di samping kasus binary option “Binomo dan Quotex” Kenz dan Doni, masih ada penipuan yang semacam seperti MarkAi, Sunton Capital, Terra Oil, dan lain-lain yang merugikan nasabah trilyunan rupiah. Yang terakhir ini pelakunya berhasil kabur ke luar negeri sebelum polisi mengendusnya.
Investasi ilegal sejak tahun 2018 sampai 2022, menurut Satgas Waspada Investasi (SWI), telah menimbulkan kerugian total lebih dari Rp123 T.
Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Etika Karyani mengatakan, masyarakat kerap menjadi korban investasi bodong karena tergiur dengan “keuntungan yang cepat dan besar”.