Ninanoor: Jokowi Tahu Kok, Intinya Kubu Anies Mau Tutupi Mega Proyek Korupsi Rp 8T
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 28 Mei 2023 07:45 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Sebelumnya, saya bicara soal ketidakkompakan di kubu Anies. Terkait soal pemilihan cawapres. Antara Jusuf Kalla (JK), yang mendukung AHY jadi cawapres, dengan Surya Paloh yang mau menunggu dulu.
Kemarin-kemarin tak kompak, sekarang kubu Anies berubah jadi kompak. Sama-sama berisik menyerang Presiden Jokowi. Rama-ramai, keroyokan. Menyerang pembangunan, menyerang kebijakan Presiden Jokowi, seakan-akan apa yang selama ini dilakukan oleh Presiden Jokowi itu salah besar, dan tidak bermanfaat buat rakyat. Begitu kan?
Ok, kita belok dulu sebentar ya. Sekarang saya bertanya, apakah masih ada yang ingat tentang kesalahan Anies di Plumpang, ketika beberapa waktu lalu terjadi kebakaran besar di area sekitar Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara?
Baca Juga: Whisnu Sakti Buana, Mantan Wali Kota Surabaya yang Tokoh PDIP Meninggal
Kebakaran itu terjadi pada awal Maret lalu ya. Ada puluhan jiwa yang jadi korban tewas. Nama Anies mencuat, karena Anies lah yang memberikan IMB kepada warga di sana, untuk bisa tinggal di lahan milik Pertamina.
Sehingga nama Anies pun sempat jadi ngetop sebagai pihak yang paling dipersalahkan dalam tragedi itu. Saat itu Anies memilih diam. Tidak ada omongan soal Plumpang. Bahkan mengucapkan turut berduka cita kepada para warga yang pernah dia pimpin pun tidak.
Yang bersuara malah relawan Anies, juru bicara Anies dan Surya Paloh. Strategi diamnya Anies ini saya kira cukup berhasil. Karena setelah beberapa bulan, isu kesalahan Anies di Plumpang pun mereda, dan hampir hilang ya.
Di sini kita melihat dijalankannya sebuah strategi, untuk melindungi citra Anies sebagai capres. Isu yang mengancam kredibilitas Anies dapat diredam, dengan cara Anies-nya diam. Sedangkan yang bersuara adalah pihak lain saja, seperti jubir, relawan dan pihak partai, yakni NasDem.
Cara ini berhasil ya. Walaupun bakal jadi rekam jejak Anies. Tapi yang penting, nama Anies tidak lagi dikaitkan dengan tragedi kebakaran Plumpang.
Kenapa berhasil, karena kesalahan Anies itu sifatnya tidak langsung. Bukan dia yang menyebabkan kebakaran itu ya. Perkara ini tentu lebih ringan ketimbang korupsi.
Sekarang kita kembali ke masa kini. Ketika Anies dan Jusuf Kalla kompak menyerang pembangunan jalan di era Presiden Jokowi. Tentu saja Anies memuji SBY, yang katanya lebih banyak bikin jalan gratis.
Sementara menurut Jusuf Kalla, jalan tol hanya buat orang kaya. Para petani tidak bisa merasakan jalan bagus karena tarif tol yang mahal. Kemudian AHY juga kompak menyerang Presiden Jokowi dari segi penegakan hukum dan demokrasi Sumber Daya.
Soal perbandingan jalan itu pun jadi rame ya, jadi polemik. Para pendukung Presiden Jokowi juga ramai-ramai memberikan sanggahan. Di medsos juga rame banget. Di Seword juga banyak bantahan terhadap klaim Anies dan JK, baik berbentuk tulisan maupun video.
Para tokoh publik juga ikut memberikan bantahan. Seperti Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, yang menyatakan bahwa Anies tidak menyebut soal jalan desa, yang sudah dibangun Presiden Jokowi sampai lebih dari 300 ribu km.
Dan politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko, yang juga menyebut soal pembangunan jalan yang masif di pedesaan oleh Presiden Jokowi. Serta yang terakhir ini dari pihak Kementrian PUPR, yang menyebut Anies salah baca data Badan Pusat Statistik (BPS).
Nah, saya kira kubu Anies berhasil memancing publik, untuk lebih fokus ngurusin soal perbandingan jalan, ketimbang isu yang sebenarnya lebih besar dan sedang berusaha mereka tutupi atau alihkan.
Baca Juga: Ketika Ketatanegaraan Asli Indonesia Dihilangkan Dari Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Yakni mega korupsi Rp 8 triliun oleh mantan Menkominfo yang juga mantan Sekjen partai NasDem. Ini yang mau ditutupi.
Berharap efeknya nanti sama dengan soal kesalahan Anies terkait kebakaran Plumpang, yaitu segera dilupakan oleh publik. Ini sebenarnya tujuan dari cuap-cuap yang berisik banget itu.
Mereka sangat tahu bahwa apa yang sudah dikerjakan oleh Presiden Jokowi itu, sudah memberikan manfaat besar buat rakyat. Lihat saja penilaian rakyat atas kinerja Presiden Jokowi. Angkanya sangat tinggi, dari 70-an persen hingga 80-an persen.
Artinya, ke mana pun Presiden Jokowi, pasti akan disambut hangat oleh rakyat. Mereka tahu bahwa Anies, Jusuf Kalla, AHY, Surya Paloh dan siapa pun di kubu Anies, tidak akan sanggup mengalahkan kepuasan rakyat ini. Tidak bakal sanggup.
Baca Juga: Gara gara Johnny G Plate, Kondisi Backbone Arsitektur IT Indonesia Sangat Menyedihkan
Jadi, prestasi tertinggi Presiden Jokowi ini akhirnya dijadikan alat untuk mengalihkan perhatian publik. Untuk menutupi bahwa politisi NasDem sudah jadi tersangka mega korupsi Rp 8 triliun!
Sebelumnya, pihak NasDem berusaha memakai strategi playing victim, berlagak jadi korban. Surya Paloh tidak memecat Johnny G Plate, dan malah memberikan bantuan hukum. Bahkan menyebut Johnny G Plate terlalu mahal untuk diborgol. Menunjukkan ketidakpercayaan terhadap tuduhan korupsi itu.
Ternyata cara itu tidak berhasil. Buat publik, korupsi ya korupsi. Dulu ada menteri dari PDIP yang jadi tersangka korupsi, lalu langsung dipecat dari PDIP. Tidak ada pembelaan dari PDIP maupun dari Presiden Jokowi. Publik tahunya ya begitu harusnya kan.
Daripada makin blunder, diambil langkah-langkah yang dinilai jitu. Untuk mengalihkan isu dari NasDem ke Presiden Jokowi. Caranya, ya menyerang prestasi Presiden Jokowi, dibandingkan dengan SBY.
Operasi cuap-cuap jualan kecap sampai berisik pun diambil. Tak peduli bahwa strategi itu bakal membuka aib sendiri. Yang penting berisik dulu, bikin ramai, bikin polemik, sehingga perhatian publik teralih ke urusan jalan gratis.
Bahkan dalam acara Milad PKS, yang jadi panggung buat Anies, Jusuf Kalla dan AHY menyerang Presiden Jokowi, NasDem terlihat menyembunyikan diri. Surya Paloh tidak hadir waktu itu.
Perwakilannya pun bicara minim saja. Agar publik tidak fokus ke NasDem. Diharapkan publik jadi fokus ke omongan Anies, Jusuf Kalla dan AHY, sekalian melupakan mega korupsi RFp 8 triliun.
Bahkan besoknya, di acara bersama para relawan, Anies kembali menyerang Presiden Jokowi dan capres PDIP, Ganjar Pranowo. Anies bicara soal mafia-mafia dan menyindir hobi jogging Ganjar.
Sekarang pengusung Anies memang punya PR besar. Melepaskan atau memisahkan citra capresnya dari kasus mega korupsi Rp 8 triliun. Padahal menurut Surya Paloh ya, menghilangkan cap politik identitas dari diri Anies saja sudah berat.
Apalagi menghilangkan citra korupsi. Sudah terbayang di benak NasDem, partainya bernasib sama dengan kondisi partai Demokrat pada Pemilu 2014 dan 2019.
Dari perolehan angka 20-an persen pada Pemilu 2009, kemudian anjlok jadi separonya, 10-an persen pada Pemilu 2014. Dan makin anjlok pada Pemilu 2019.
Semua kan gara-gara kasus korupsi oleh kader Demokrat. Belum lagi penilaian terhadap SBY yang sempat anjlok hinga 50-an persen menjelang habis masa jabatannya. Ini dari data SMRC ya.
Membandingkan SBY dan Jokowi ya jadi jomplang sih sebenarnya. Menjelang akhir masa jabatan, Jokowi makin disenangi rakyat, SBY sebaliknya. Kubu Anies bukannya tak tahu. Mereka tahu kok.
Tak apa-apa aib sendiri jadi terbuka, yang penting perhatian publik teralihkan dari kasus mega korupsi BTS Rp 8 triliun. Risikonya besar kan sebenarnya. Tapi demi tujuan akhir, demi keberhasilan pencapresan Anies, ya dijalankan saja.
Tak peduli datanya benar atau bohong. Pokoknya gaspol, serang Jokowi. Dikira Presiden Jokowi tak paham ya? Ya paham dong. Makanya dibiarkan saja itu Anies, Jusuf Kalla dan AHY cuap-cuap berisik. Toh kasus korupsi jalan terus dan tidak bakal dilupakan oleh publik.
(Oleh: Ninanoor, Seword.com) ***