DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Albertus Patty: Kami Kristen Indonesia, Bukan Sekadar Kristen di Indonesia

image
Pendeta Albertus Patty tentang Kristen Indonesia

ORBITINDONESIA - Kami tidak pernah menganggap diri sebagai Kristen di Indonesia, tetapi Kristen Indonesia. Jika Kristen di Indonesia, artinya Indonesia cuma sekadar lokasi. Tapi jika Kristen Indonesia maka Indonesia itu sebuah identitas. Hal itu dinyatakan oleh Pdt. Dr. Albertus Patty, MA, M.St.

Albertus Patty, pendeta GKI Maulana Yusuf Bandung itu bicara dalam Webinar di Jakarta, Kamis malam, 22 Desember 2022.  Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA.

Dalam diskusi Satupena yang dipandu oleh Swary Utami Dewi dan Amelia Fitriani itu, Albertus Patty menyatakan, orang Kristen selalu berpikir punya dua identitas sekaligus. Yang pertama, sebagai orang Kristen. Yang kedua, sebagai orang Indonesia.

Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Boxing Day Hanya Digelar Liga Primer Inggris

“Kami berpikir sebagai orang Kristen, itu hanya dalam konteks keindonesiaan. Artinya, kami harus berjuang untuk Indonesia, untuk keadilan, untuk perdamaian. Karena kekristenan yang dilepaskan dari Indonesia itu bukan kekristenan,” jelasnya.

“Tetapi sebaliknya, keindonesiaan itu untuk mengingatkan bahwa orang Kristen itu hanya salah satu mosaik dari keanekaragaman atau kebhinnekaan Indonesia,” tutur Albertus.

Oleh karena itu, sebagai maka bagian dari identitas keindonesiaan, orang Kristen itu harus membangun konektivitas dengan yang lain, dengan kelompok-kelompok lain.

“Serta menjalin kerja sama, karena hanya melalui kerja sama itulah kita bisa membangun bangsa ini,” ujar Albertus.

Baca Juga: Kapan Batas Waktu Membuat SPT Tahunan Pribadi 2022, Denda, dan Cara Lapor Pajak Online

“Jadi Kristen yang bukan kristen-kristen banget, tetapi Kristen yang Indonesia, serta Indonesia yang mengingatkan pada kekristenan,” lanjutnya.

Ditanya soal adanya kasus-kasus intoleransi di Indonesia, Albertus menyatakan, dirinya berpikir realistis saja bahwa Indonesia bukanlah surga yang selalu aman-aman saja. Pastilah ada gejolak-gejolak.

“Tapi kita boleh bersyukur bahwa di tengah gejolak itu, gejolaknya hanya bersifat sporadis. Tidak meledak, masif, seperti yang terjadi di negara-negara lain. Kita masih okelah sebagai sebuah bangsa,” sambungnya.***

 

Berita Terkait