ORBITINDONESIA - Papua adalah lahan yang subur bagi tumbuhnya puisi sebagai kritik sosial. Banyak isu yang bisa diangkat, seperti isu keadilan, kemiskinan, kekerasan, dan nasionalisme. Literasi yang bisa tumbuh di sana adalah literasi yang berbau kritik sosial. Hal itu diungkapkan Denny JA.

Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, itu bicara dalam Webinar di Jakarta, Kamis malam, 1 September 2022. Sebagai narasumber adalah Lamek Dowansiba, aktivis literasi dan pendiri Komunitas Suka Membaca. Pemandu diskusi adalah Teti Sanda dan Anick HT.

Denny JA memperkaya diskusi dengan data dan wacana. Diskusi itu membahas tentang kiprah orang muda dalam memperkuat literasi dasar di Papua Barat. Sebagai narasumber adalah Lamek Dowansiba, aktivis literasi dan pendiri Komunitas Suka Membaca.

Baca Juga: Komnas HAM Sebut Kasus Pembunuhan Brigadir J Sebagai Extra Judicial Killing, Apa Itu?

Denny JA menyatakan, banyak isu di Papua yang dapat lebih menggugah jika disampaikan dalam puisi. Sebagai contoh, Papua merupakan provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi secara nasional.

Denny menambahkan, Papua memiliki angka melek huruf terendah dengan skor 78,1 persen (data BPS), dibandingkan provinsi lainnya yang sudah mencapai 90 persen ke atas.

“Ini sendiri sudah suatu kenyataan yang dramatik. Melalui puisi, kritik bisa lebih menyentuh,” ujarnya Denny, dalam webinar yang dipantau OrbitIndonesia.

Menurut Denny, kisah kekerasan, pergolakan, dan perubahan-perubahan di Papua bisa direkam dalam puisi, dan orang bisa mengekspresikannya secara menyentuh.

Baca Juga: Lewat Program Subsidi Tepat, Pertamina Pastikan Penerima Subsidi BBM Tepat Sasaran

Maka, selaku Ketua Umum SATUPENA, Denny mengapresiasi terbitnya buku “Antologi Puisi Satupena Provinsi Papua.”