Film Sayap Sayap Patah, Tentang Lelaki Manis dan Perempuan yang Gagah
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 13 Agustus 2022 18:18 WIB
Oleh: Kajitow Elkayeni, kolumnis dan pengamat film.
ORBITINDONESIA - Saya jarang menonton film Indonesia. Karena kebanyakan filmnya membuat saya kecewa. Mudah ditebak. Hiperbolis. Menjauh dari kenyataan. Pendek kata, recehan.
Tapi Sayap Sayap Patah beda. Film ini dibentuk dengan beban emosional sutradaranya, Rudi Soedjarwo. Ia mengalami momen tak terbahasakan dalam hidup. Sebagai anak polisi. Semacam dendam kecil yang kerap mengganggu tidurnya.
Maka film ini adalah bayang-bayang Rudi Soedjarwo. Kenangan yang mengendap. Rasa takut, benci dan kerinduan yang menyatu.
Baca Juga: Prediksi yang akan dilakukan oleh Gojo Nujutsu Kaisen jika Bebas dari Kurungan Segel Geto
Ia bertaruh begitu banyak dalam film ini. Bukan hanya nama baik, tapi juga wasiat sang ayah. Janji yang harus dia tunaikan.
Rudi sedang bercerita sebagai dia yang mengalami. Maka jika kemudian film ini mengaduk-aduk emosi, menguras air mata, sudah semestinya. Karena Rudi sedang mengungkap apa yang umumnya tidak dipahami.
Sesuatu yang dianggap biasa oleh khalayak, tapi berbekas begitu dalam bagi orang yang menjalani. Rudi ingin membawa penonton ikut mengalami peristiwa yang tak cukup diungkapkan dengan kata-kata.
Film ini juga dibentuk dengan bingkai pemikiran Denny Siregar selaku produsernya. Denny, sebagaimana Rudi, juga adalah dia yang mengalami. Denny memvisualkan perjalanan panjangnya dalam memahami radikalisme.