Sang Raja Buah Berpadu dalam Kain: Batik Durian Lubuklinggau Mendunia Merajut Tradisi Ciptakan Hal Fantastis
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 19 Oktober 2023 19:45 WIB
ORBITINDONESIA.COM- Meski baru berumur 10 tahun, sejak ditemukan pada 2013, batik durian Lubuklinggau cukup digemari berbagai kalangan, kepopulerannya pun melesat begitu cepat hingga taraf dunia.
Batik durian Lubuklinggau berhasil menebarkan pesonanya pada Milan Fashion Week 2021 dan 2022 di Milan, Italia.
Pada ajang fesyen bergengsi dunia itu, jenama busana lokal, JYK, memanfaatkan batik durian Lubuklinggau untuk daya tarik koleksinya bertema “Revolutionary Hope”, memadukannya dengan gaya punk era ’70-an untuk menjamah pasar generasi muda.
“Ini merupakan koleksi perdana JYK, mengekspos keunikan kreasi motif buah durian dan bunganya yang menjadi hak paten dari batik tulis modern, batik durian Lubuklinggau,” ujar desainer dan pendiri JYK Jenny Yohana Kansil, beberapa waktu lalu.
Batik durian Lubuklinggau beranjak dengan sederhana dan tidak muluk-muluk. Hal yang utama adalah eksis dan berkembang.
Saat itu, Yetti belum sampai terpikir untuk dapat tampil di panggung pekan mode internasional dan diminati publik hingga luar negeri.
Baca Juga: Benny Ramdani Minta Kejaksaan Negeri Kota Tangerang Hukum Pegawai BP2MI yang Terlibat Pungutan Liar
"Batik durian dengan kesederhanaannya tampil cantik dan memberi warna yang berbeda pada kain khazanah Nusantara. Setelah satu dekade, kini kami makin percaya diri. Apalagi nyawa batik durian sudah ada dan tidak mudah direplika oleh orang lain,” kata Yetti.
Menariknya, tanggapan publik terhadap keberadaan motif durian pada batik ternyata cukup positif dan besar. Durian digambarkan sedemikian rupa dalam kain tetap kelihatan cantik.
Sebuah ide yang mungkin sederhana tapi dengan eksekusi yang tepat bisa membuatnya mempesona.
Baru usai Milan Fashion Week, pesanan kain batik durian Lubuklinggau melonjak hingga lebih dari 1.500 lembar, tiga kali lipat dari jumlah rata-rata pesanan biasanya.
“Tidak hanya orang Indonesia, tapi juga masyarakat dunia menyukainya,” imbuh Yetti.