DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Tiga Tahun Tidak Impor Beras, Ketahanan Pangan Indonesia Terjaga

image
Sukses Swasembada Beras, Indonesia Raih Penghargaan dari IRRI. (Dok/BPMI Setpres)

ORBITINDONESIA - Indonesia memiliki ketahanan pangan yang berkesinambungan karena didukung oleh pembangunan infrastruktur pengolahan serta jaringan distribusi yang tepat. Ini khususnya soal beras.

Kepala Divisi Pengadaan Komoditas Perum Badan Usaha Logistik (BULOG) Budi Cahyanto menjelaskan, sejauh ini, Indonesia sudah tiga tahun tidak pernah mengimpor beras.

Saat ini pun BULOG memiliki cadangan beras sebesar 1,1 juta ton sesuai dengan ketentuan badan pangan dunia FAO serta berbagai regulasi yang dari Kementerian Pertanian Indonesia.

Baca Juga: Bulog: Indonesia Berpeluang untuk Ekspor Beras Karena Kondisi Stok Stabil

“Jadi ketahanan pangan Indonesia, khususnya beras, tidak perlu dikhawatirkan. Bahkan kita juga berpeluang melakukan ekspor beras,” ujarnya dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk “Tantangan Ketahanan Pangan”, Jumat, 19 Agustus 2022.

“Indonesia saat ini memang produsen beras terbesar kedua di dunia setelah China. Namun selama ini konsumsi kita tinggi sehingga sebagian besar terserap di dalam negeri,” lanjutnya.

Selain beras, komoditas jagung pun menurutnya akan terjaga stoknya serta berpotensi diimpor setelah akhir tahun ini, ketika sejumlah infrastruktur pengering jagung atau corn drying center (CDC) selesai dibangun.

Sejauh ini, tuturnya, produksi jagung di tanah air sudah surplus tiga juta ton. “Potensi ekspor sudah terlihat dan akan terealisasi untuk ekspor ke Filipina atas upaya Atase Perdagangan di KBRI Manila,” tambahnya.

Baca Juga: Kemenkop UKM Prioritaskan Papua dan Papua Barat dalam Peningkatan Literasi Digital

Adapun CDC yang dibangun tersebar di enam lokasi yang menjadi sentra jagung seperti Dompu di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, serta Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara.

Secara keseluruhan enam CDC tersebut memiliki kapasitas 108.000 ton/tahun.

Keberadaan infrastruktur pengering ini menurutnya sangat penting, agar jagung bisa disimpan untuk jangka waktu yang lama, terhindar dari jamur akibat kandungan air.

Dan, nantinya dapat dilepas ke pasar ketika ada potensi harga jagung yang melambung. Tentunya, dapat pula diekspor.

Baca Juga: Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Pacu Pertumbuhan UMKM Papua

Selain CDC, ada sejumlah infrastruktur pengolahan lain yang dibangun oleh BULOG, seperti rice milling center (RMC), gudang distribusi ke wilayah yang rentan kerawanan pangan serta gudang tata kelola kedelai.

BULOG, jelasnya, menjalin kerja sama jangka panjang dengan para petani di sekitar sentra infrastruktur pengolahan pangan untuk mengamankan suplai produk pertanian dalam jumlah yang besar.

“Ini kerja sama yang saling menguntungkan. Petani akan mendapatkan harga yang layak, BULOG juga mendapatkan suplai bahan baku,” tuturnya.

“Setelah itu kita proses dan teruskan ke gudang distribusi untuk stabilisasi harga pangan. Kami juga sudah memasarkan produk pertanian secara digital melalui marketplace,” terangnya.

Baca Juga: Kemenag Buka Pendaftaran Uji Kompetensi Calon Mahasiswa Baru Al Azhar, Simak Link Pendaftaran dan Ketentuannya

Khusus untuk komoditas jagung, sebagian besar digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak sehingga jaringan distribusi produk ini pun disalurkan oleh BULOG kepada para peternak dengan harga yang kompetitif.

Lanjutnya, sepanjang 2021-2022 ini BULOG memang ditugaskan oleh Negara untuk melakukan stabilisasi dan penyaluran komoditas jagung.

Dia mengatakan, isu pangan global memang perlu diantisipasi oleh Indonesia. Tetapi publik tidak perlu khawatir karena sejauh ini ketahanan pangan tercukupi.

Indonesia siap menghadapi tantangan itu dengan melakukan sejumlah kebijakan yang bertujuan mendorong kemandirian pangan.

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Dorong Faskes Gunakan Alkes Produksi Dalam Negeri, Ini Alasannya

Seperti: kebijakan distribusi pupuk dan pembinaan petani agar mampu melakukan intensifikasi lahan pertanian.

Dia juga tidak memungkiri perang Rusia-Ukraina turut meningkatkan harga pangan, khususnya komoditas gandum. Tetapi, di Indonesia, komoditas ini bukanlah bahan pokok dan sebagian besar pun digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak. ***

 

Berita Terkait