Wilmar Luncurkan Program MEP untuk Bantu Bisnis Penggilingan Gabah Semakin Dilirik Industri
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 14 Agustus 2023 19:23 WIB
ORBITINDONESIA.COM - PT Wilmar Padi Indonesia atau Wilmar membuat terobosan penting dalam bisnis penggilingan gabah menjadi beras.
Wilmar memulai Mill Engagement Program (MEP), yakni suatu program yang membantu pelaku usaha penggilingan gabah.
Program terbaru dari Wilmar tersebut akan diselenggarakan di Serang, Banten.
Baca Juga: Luhut: Elon Musk akan Datang ke Jakarta September atau Oktober 2023
Wilmar menyatakan bahwa MEP merupakan program yang selaras dengan arahan pemerintah untuk mendorong revitalisasi bisnis penggilingan.
Menurut Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto, MEP bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penggilingan dalam mengolah gabah menjadi beras, sehingga dapat memenuhi standar industri.
Dia mangatakan, selama ini, pelaku penggilingan lokal menghadapi masalah teknologi.
Baca Juga: Perbaiki Kualitas Udara, Pegawai DKI Jakarta Kerja WFO dan WFH Mulai September, Swasta Juga Didorong
Program ini akan fokus dalam peningkatan teknologi dan memberikan pendampingan dari tim perusahaan.
“Program ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha penggilingan dalam meningkatkan bisnisnya dalam jangka panjang,” tutur Saronto, Senin, 14 Agustus 2023.
Dia memjelaskan bahwa bentuk bantuan dalam MEP akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penggilingan.
Baca Juga: Gara-gara Sandiaga Uno, PDIP Persilahkan PPP Keluar dari Koalisi Pemenangan Ganjar Pranowo
Saronto mencontohkan, masalah yang umum dihadapi penggilingan di Serang adalah gabah berbau asap karena pemanggangan dilakukan secara tradisional.
Hal itu menyebabkan beras dari penggilingan belum memenuhi standar industri.
Pelaku usaha penggilingan umumnya memasarkan di luar perusahaan karena dapat menerima beras dengan kualitas tersebut meski harganya jualnya lebih rendah.
Baca Juga: Syaefudin Simon: Oppenheimer di Balik Kemerdekaan Indonesia
Saat ini WPI telah menjalin kerja sama dengan sekitar 92 penggilingan padi di Banten dan Jawa Timur.
Dari jumlah tersebut, pihaknya berharap akan lebih banyak lagi pelaku usaha yang bergabung dalam MEP.
“Kami siap mendukung upaya pemerintah dalam merevitalisasi penggilingan,” ujarnya.
Baca Juga: Neymar Dikabarkan Menerima Tawaran Kontrak 2 Tahun dari Al Hilal dengan Gaji Fantastis
Sementraa itu sejumlah pelaku usaha penggilingan menyambut baik terobosan Wilmar itu.
Salah satunya Somali, pelaku usaha penggilingan di Kasemen, Kabupaten Serang.
Saat ini Somlai sedang membangun penggilingan baru berkapasitas 20 ton per hari, yang akan dikhususkan untuk produksi beras premium.
WPI akan memberikan bantuan teknologi tungku dan pendampingan teknis.
“Setelah menjadi pemasok gabah selama dua tahun ini, saya ingin coba ke beras premium agar bisnis naik kelas,” kata dia.
Senada, pengusaha penggilingan lainnya, Eka Hidayatulloh juga berpartisipasi dalam MEP.
Penggilingan padi miliknya akan mendapatkan bantuan teknologi dan pendampingan dari WPI.
“Saya ingin menjalankan dua-duanya, penggilingan beras dan gabah,” ungkap dia.
Harga Gabah Tinggi
Di sisi lain, Somali menjelaskan sejumlah faktor telah menyebabkan harga gabah tinggi di daerahnya.
Salah satunya adalah karena di Banten belum memasuki waktu panen sehingga banyak tengkulak yang berebut gabah.
Hal itu mendorong mereka membeli dengan sistem ijon.
Akibatnya, banyak padi yang belum waktunya dipanen tetapi dipotong lebih awal, sehingga rendemennya rendah.
Baca Juga: PT Pegadaian Bersama Warga Kota Makassar Bersihkan Pantai Tanjung Bayang dari Sampah
“Saat ini barang (gabah) masih ada, tetapi harga tinggi tetapi rendemennya rendah,” kata dia.
Umumnya, harga gabah di Serang mencapai Rp6.400 – Rp6.500 per kg, bahkan tengkulak dari luar daerah berani membeli Rp 6.600 per kg.
Sedangkan harga beli di WPI hanya Rp6.200- Rp6.300 per kg.
Baca Juga: Gara-Gara Rocky Gerung, Pernikahan yang Sakral Menjadi Bahan Candaan
Hal itu mendorong penggilingan lebih banyak menjual ke tengkulak.
Meski demikian, Somali masih memasok ke pabrik karena pembayarannya lebih cepat dibanding dengan tengkulak.
Sedangkan Eka mengungkapkan, meski sudah cukup lama menjadi pemasok regular di WPI, sudah sebulan terakhir dia berhenti memasok karena harga gabah di luar Rp6.500 per kg dibandingkan WPI yang hanya Rp6.200 – Rp6.300 per kg, belum termasuk potongan rafaksi.
“Saya sementara berhenti dulu (pasok ke Wilmar) karena harga di luar lebih tinggi,” ungkapnya.***