DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

WEBINAR ORBIT: Iklan AMDK yang Mengklaim Bebas BPA, Menyesatkan Publik dan Tidak Etis

image
Ilustrasi AMDK dengan klaim bebas BPA. Ada persaingan tak sehat di bisnis AMDK di mana BPOM terlibat.

ORBITINDONESIA.COM - Iklan produk air minuman dalam kemasan atau AMDK yang mengklaim bebas BPA dan 100 persen aman sebetulnya menyesatkan publik. Ini karena tidak menyebut adanya bahan-bahan kimia lain yang berpotensi berbahaya, yang terkandung dalam kemasannya.

Iklan AMDK bebas BPA yang sempat tayang di RCTI itu juga tidak etis, karena menjelek-jelekkan produk lain, yakni AMDK yang menggunakan galon isi ulang.  

Soal iklan AMDK bebas BPA itu adalah salah satu hal yang muncul di diskusi bertema “Perlu Tidaknya Peringatan Zat Kimia Berbahaya di Kemasan Pangan Dicantumkan Pada Label.” Diskusi ini diselenggarakan OrbitIndonesia.com pada Jumat, 17 Maret 2023.

Baca Juga: Catat, Inilah Kumpulan Doa Ziarah Kubur Jelang Ramadhan, Lengkap dengan Adab dan Tata Cara Melakukannya

Pembicara di diskusi itu adalah: Dr Nugraha Edhi Suyatma, pakar teknologi pangan dari IPB; Sahid Hadi, peneliti bisnis dan HAM di Pusat Studi Hak Asasi Manusia UII; Sasmito Madrim, Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI); dan Susilo Dwi Hatmanto, Ketua Badan Pengawas Periklanan Perusahaan Periklanan Indonesia (BPP-P3I).

Dalam diskusi yang berkembang, dibahas tentang perilaku BPOM yang dianggap diskriminatif dan tidak memandang skala prioritas.

Misalnya, BPOM gencar mengupayakan pemasangan label BPA pada produk AMDK galon isi ulang. Tetapi BPOM tidak pernah mengangkat soal kandungan zat-zat kimia berbahaya lain, yang terdapat di AMDK kemasan galon sekali pakai dari produk saingan.

Tindakan ini akan menguntungkan produk AMDK tertentu yang mengklaim “bebas BPA.” Padahal produk yang mengaku “bebas BPA” itu kemasan PET-nya mengandung zat kimia lain, sebut saja etilen glikol.

Baca Juga: Viral Video Ibu Guru Menikah dengan Murid Sendiri, Berjarak Usia 5 Tahun, Begini Kisahnya

Etilen glikol ini juga zat yang dalam kadar tertentu berbahaya. Belum lama ini, etilen glikol di kemasan obat dituding sebagai penyebab kasus gagal ginjal akut pada sejumlah anak. Meski, tudingan ini tentu perlu diselidiki lebih lanjut kevalidannya.

Faktanya, soal etilen glikol ini pernah muncul jadi kasus besar di media. Namun, selama puluhan tahun, soal BPA tidak pernah muncul jadi kasus di media. Misalnya, tentang ada orang yang sakit atau meninggal akibat BPA, itu tak pernah ada beritanya di media.

Di sini, manuver BPOM yang menggebu-gebu mau menggolkan pelabelan BPA di kemasan galon isi ulang AMDK menimbulkan pertanyaan besar: Apakah BPOM sudah terlibat, dan memihak dalam persaingan dagang yang tidak sehat di bisnis AMDK.***

Berita Terkait