DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Islam Nusantara Anti Arab, Kata Siapa

image
Islam Nusantara

Memang Islam bukanlah budaya sebab sebagaimana dikemukakan oleh Afifuddin Muhajir, Islam itu menyangkut dua ranah, yaitu ranah ilahiah dan insaniah.

Akan tetapi berhubung Islam juga dipraktekkan oleh manusia (ranah insaniah) tentu tidak dapat mengesampingkan eksistensi kebudayaan.

Sebagaimana yang sering disampaikan oleh KH. Said Aqil Siraj dalam beberapa pidato, bahwa Islam Nusantara bukanlah agama baru maupun aliran baru. Perwujudan Islam Nusantara adalah Islam faktual yang bisa dilihat secara sosiologis maupun antropologis.

Keberadaannya sudah tentu berbeda dengan Islam yang ada di Arab atau yang ada di Barat.

Baca Juga: Tanpa CR7, Manchester United Hajar Nottingham Forest di Pekan 17 Liga Primer Inggris

Islam Nusantara merupakan keberagamaan umat muslim yang terbangun atas dasar kondisi sosial-budaya-sejarah Nusantara yang panjang dan terbentuknya tidak Lepas dari para penyebar Islam di Nusantara utamanya para Walisongo.

Adapun menurut Gus Dur, Islam Nusantara –dengan penggunaan istilah pribumisasi Islam- bukanlah jawanisasi atau sinkretisme, sebab Islam Nusantara hanya mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan lokal di dalam merumuskan hukum-hukum agama, tanpa menambah hukum itu sendiri.

Juga bukan upaya meninggalkan norma demi budaya, tetapi agar norma-norma itu menampung kebutuhan-kebutuhan dari budaya dengan mempergunakan peluang yang disediakan oleh variasi pemahaman nas} dengan tetap memberikan peranan kepada us}u>l al-fiqh dan al-qa>’idah al-fiqhiyyah.

Islam Nusantara –atau pribumisasi Islam dalam bahasa gus Dur- tidaklah mengubah manifestasi dari kehidupan agama Islam dengan tujuan agar Islam dipahami dengan mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual, termasuk kesadaran hukum dan rasa keadilannya.

Baca Juga: 25 Drama Kisah Konflik Primordial di 5 Wilayah Setelah Reformasi dalam 25 Puisi Esai Denny JA

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait