SATUPENA DKI Jakata Semarakkan Desember Sebagai Bulan Puisi Esai Indonesia 2022
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 06 Desember 2022 16:08 WIB
ORBITINDONESIA - Desember adalah bulan terakhir tahun dalam Kalender Georgian. Kata ini diambil dari Bahasa Belanda, December berasal dari bahasa Latin; decem yang berarti "sepuluh" karena dahulu kala tahun bermula pada bulan Maret.
Bangsa Romawi ketika awal membuat sistem kalender hanya membuat 10 hitungan bulan, yaitu Martius berjumlah 31 hari, Aprilis 30 hari, Maius 31 hari, Junius 30 hari, Quintilis 31 hari, Sextilis 30 hari, Septalis 31 hari, Octolis 31 hari, Novelis 30 hari, Decemberis 31 hari.
Sistem kalender itu diperbaiki dari waktu ke waktu. Pada sekitar tahun 700 SM ditambahkan bulan Januari dan bulan Februari di awal perhitungan sistem kalender. Saat reformasi Kalender Julian, dua hari ditambahkan pada jumlah hari di bulan Desember menjadi 31 hari dan itu berlangsung hingga saat ini.
Baca Juga: Terusirnya Warga Ahmadiyah dari Tanahnya Sendiri di NTB dalam Puisi Esai Denny JA
Pada bulan Desember ini, SATUPENA Indonesia mencanangkannya sebagai Bulan Puisi Esai.
Kita semua mengetahui bahwa Puisi Esai adalah salah satu jenis puisi yang lahir di Indonesia dengan pola yang unik, mencapur fakta dan fiksi dalam sebuah karya yang dilegitimasi dengan catatan kaki.
Puisi ini mengundang kontroversial tidak hanya dikalangan penyair tetapi juga akademisi. Terlepas dari kontroversi yang ada bahwa karya puisi esai ini mudah ditulis dan yang bukan penyair pun dapat menulis. Penulisan puisi esai ini diawali dengan riset dan pemahaman terhadap peristiwa yang ada di masyarakat yang mengusik nurani setiap manusia dan patut diangkat dalam bentuk tulisan agar dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Gagasan mengenai puisi esai pertama kali dikemukakan oleh Denny Januar Ali dan secara kreatif diwujudkannya pada tahun 2012 melalui buku berjudul "Atas Nama Cinta."
Baca Juga: Konflik Suku Dayak dan Madura di Sampit 2001 dalam Puisi Esai Denny JA
Sebuah karya tulis dapat disebut sebagai puisi esai apabila telah memenuhi empat kriteria, yaitu sisi batin dan sisi kehidupan kemanusiaan tokoh utama tergambar dengan jelas, tata bahasanya indah dan mudah dipahami, pengalaman batin dan fakta sosial dikemukakan melalui catatan kaki dan menyajikan data dan fakta sosial yang mampu membuat pembaca memahami kondisi tokoh utama dalam cerita.
Penanda khas dari puisi esai adalah adanya catatan kaki. Keterangan faktual dan referensial mengenai segala bentuk penokohan dan latar peristiwa dapat diperiksa melalui catatan kaki.
Di dalam puisi esai, catatan kaki ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya pemfaktaan hal-hal yang bersifat fiksi dan juga mencegah terjadinya pemfiksian hal-hal yang merupakan fakta.
Pada kesempatan Bulan Puisi Esai Indonesia ini, para penulis SATUPENA DKI Jakarta yang diketuai oleh Nia Samsihono bersama 10 orang penulis lainnya yang menjadi anggotanya menyemarakkan acara Bulan Puisi Esai dengan menulis puisi esai berdasarkan pengamatan mereka terhadap situasi sosial yang terjadi di Indonesia belakangan ini.
Baca Juga: Kisah Korban Perkosaan Tragedi Mei di Jakarta 1998 dalam Puisi Esai Denny JA, LUKA YANG TERUS MENGANGA
Pada minggu keempat di akhir tahun 2022 akan terbukukan kumpulan puisi esai dari SATUPENA DKI Jakarta.
Kegiatan ini patut terus dilaksanakan pada tahun-tahun mendatang. Dampaknya adalah setiap peristiwa monumental di masyarakat akan terekam dalam tulisan berbentuk puisi esai yang mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca setiap tahunnya dan itu akan menjadi dokumen tertulis yang dapat dibaca oleh generasi berikutnya. ***