Bangkitnya Klan Marcos di Filipina, Pelajaran untuk Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 05 Juli 2022 02:33 WIB
Ditambah lagi, banyak masyarakat Filipina yang miskin dan tingkat pendidikan belum merata. Sehingga rakyat mudah dibohongi oleh pemberitaan medsos, yang memutar balik sejarah.
Evi memperingatkan, hal yang sama juga bisa terjadi di Indonesia. Keluarga Cendana kini tengah berusaha membersihkan nama Presiden Soeharto.
Baca Juga: Piala AFF U19: Indonesia Melawan Brunei Darussalam di Indosiar Malam Ini
Kita ingat, ada aktivis mahasiswa yang mengatakan, zaman Orde Baru penuh kemakmuran dan kebebasan. Ini pernyataan orang yang naif dan buta sejarah.
Padahal banyak media yang kritis telah dibreidel di zaman Soeharto. Di zaman Soeharto, rakyat tidak bebas bersuara, dan tidak bebas berorganisasi. Jumlah partai politik juga sangat dibatasi.
Jika mahasiswa yang terdidik saja bisa ditipu, apalagi rakyat biasa yang awam. Untuk itu, Evi meminta masyarakat Indonesia, agar lebih cerdas.
Evi juga mengharap peran media, yang tidak disetir kelompok-kelompok tertentu. Karena, dalam kasus di Filipina, yang banyak bermain adalah media alternatif. Media ini disebar oleh kelompok Bongbong dengan kekuatan uang.
Baca Juga: Orang yang Berkurban Idul Adha Didoakan oleh Malaikat Sampai Hari Kiamat
Jadi, untuk mengatasi manuver sejenis di Indonesia, media yang independen harus diperkuat. Kelompok-kelompok civil society juga harus diperkuat. Tujuannya adalah untuk membuat counter narasi.
Staf Peneliti di Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Wasisto Raharjo Jati, ikut berkomentar.