Bangkitnya Klan Marcos di Filipina, Pelajaran untuk Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 05 Juli 2022 02:33 WIB
ORBITINDONESIA - Mei lalu ada berita besar dari negeri tetangga kita Filipina. Putra diktator Ferdinand Marcos, yang akrab dipanggil Bongbong, unggul mutlak dalam pemilihan Presiden.
Dengan lebih dari 95 persen suara dihitung, Bongbong meraih sekitar 30 juta suara. Ferdinand Marcos Junior itu meraih lebih dari dua kali lipat suara saingan terdekatnya, Wakil Presiden Leni Robredo.
Leni Robredo cuma memperoleh sekitar 14 juta suara. Ini baru hasil perhitungan parsial dan tidak resmi dari Komisi Pemilihan Umum atau Comelec. Tetapi Presiden Amerika Serikat Joe Biden sudah mengakui dan memberi ucapan selamat pada anaknya Marcos.
Baca Juga: Penodaan/Penistaan Agama dan Kasus Holywings As Case Study
Bagaimana anak diktator dan koruptor bisa terpilih menjadi Presiden Filipina? Kemenangan Bongbong terjadi berkat kampanye media sosial yang masif. Kampanye ini berhasil mengubah citra kelam era Marcos lama.
Diktator Marcos sempat berkuasa 31 tahun, hampir seperti Soeharto di Indonesia. Era Marcos diwarnai periode darurat militer, dan pelanggaran HAM yang mengerikan.
Ditambah korupsi yang meluas di pemerintahan, dan hampir terjadi keruntuhan ekonomi. Bank Dunia dan PBB melaporkan, ada 10 miliar dollar Amerika uang hasil korupsi yang dicuri Marcos.
Tetapi di medsos saat ini, era Marcos dipropagandakan sebagai zaman keemasan. Zaman yang penuh kemakmuran dan bebas kejahatan. Kampanye medsos yang manipulatif ini sudah berlangsung intensif dalam 10 tahun terakhir.
Baca Juga: Merayakan Masa Anak-anak dengan A Day for Sandcastles
Bongbong juga diuntungkan oleh komposisi pemilih di Filipina. Mayoritas pemilih adalah kaum muda, yang tidak mengalami represi zaman diktator Marcos.